Ilmu
Budaya Dasar bukan ilmu sastra, ilmu tari, ilmu filsafat, dan ilmu lainnya yang
terdapat dalam pengetahuan budaya. Ilmu Budaya Dasar hanya mempergunakan
karya-karya yang terdapat dalam pengetahuan budaya untuk mendekati
masalah-masalah kemanusiaan dan budaya.
BAB 2
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
A.
Pengertian
Manusia
Manusia memegang peranan yang unik, dan dapat
dipandang dari banyak segi. Menurut ilmu kimia, manusia dipandang sebagai
kumpulan dari partakel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan system
yang dimiliki oleh manusia. Menurut ilmu Fisika, manusia merupakan kumpulan
dari berbagai system fisik yang saling terkait satu sama lain dan merupakan
kumpulan dari energy. Menurut ilmu biologi, manusia merupakan makhluk biologis
yang tergolong dalam golongan makhluk mamalia. Dalam ilmu ekonomi, manusia
merupaka makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkn
setiap kegiatan, atau sering disebut dengan homo econimicus. Dan masih banyak
lagi definisi-definisi manusia dari berbagai macam ilmu.
Manusia memiliki kelebihan diantara ciptaan
Tuhan lainnya yaitu terletak pada akal budi, yakni sebagai potensi dalam diri
manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya.Namun ada juga manusia manusia
yang dungu yaitu orang orang yang suka membuat bid’ah. Bisa dikatakan manusia
merupakan orang yang bodoh. Dan ada juga manusia yang memiliki tabiat kasar,
memiliki kecenderungan yang menyimpang, dan dingin dengan tingkah laku.
Di dunia ini terdapat banyak ragam sifat,
sikap dan prilaku dari manusia. Tidak semua manusia sama. Tidak semua manusia bisa
memanfaatkan akal budinya untuk kebaikan. Tidak semua manusia di dunia ini
jenius dan cerdik dalam meniti perjalanan hidup mereka dengan penuh kegigihan,
karena mereka sadar akan kekurangan mereka masing-masing.
Kehidupan yang telah diberikan oleh Tuhan
adalah anugerah bagi manusia. Manusia tidak berkuasa atas datangnya hal yang
tidak diinginkan tetapi diberi oleh Tuhan, tetapi manusia berhak menentukan
bagaimana cara menghadapi hal yang tidak diinginkan itu. Manusia diberi akal,
maka manusia memiliki kekuatan yang hebat dibandingkan makhluk ciptaan Tuhan
lainnya, dengan perpaduan iman, usaha, dan doa, serta kepasrahan yang kuat,
manusia dapat menjalani kehidupannya dengan kesungguhan dan kegigihan. Manusia
merupakan makhluk social yang tidak pernah lepas dari ketergantungan pada
makhluk dan situasi di lingkuannya. Maka dari itu, interaksi antar sesame
manusia sangat diperlukan.
B. HAKEKAT MANUSIA
a. Makhluk
ciptaan tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh
Tubuh
adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkrit tetapi tidak
abadi. Jika manusia itu meninggal, tubuhnya hancur dan lenyap. Jiwa terdapat di
dalam tubuh,tidak dapat dilihat, tidak dapat dirasa, sifatnya abstrak tetapi
abadi. Jika manusia meninggal jiwa akan terlepas dan akan kembali ke asalnya
yaitu Tuhan, dan jiwa tidak mengalami kehancuran. Jiwa adalah roh yang ada di
dalam tubuh manusia sebagai penggerak dan sumber kehidupan.
b. Mahkluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk lainnya
Kesempurnaan
terletak pada adab dan kebudayaannya, karena manusia dilengkapi oleh akal,
perasaan, dan kehendak yang terdapat di dalam jiwa manusia. Dengan akal manusia
mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya nilai baik dan buruk, mengharuskan
manusia mampu mempertimbangkan, menilai dan berkehendak menciptakan kebenaran,
keindahan, dan kebaikan atau sebaliknya.
Selanjutnya, dengan adanya perasaan, manusia mampu menciptakan kesenian. Daya
rasa dalam diri manusia itu ada dua macam, yaitu perasaan indrawi dan perasaan
rohani. Perasaan indrawi adalah rangsangan jasmani melalui pancaindra,
tingkatnya rendah dan terdapat pada manusia atau binatang. Perasaan rohani
adalah perasaan luhur yang terdapat pada manusia, misalnya:
·
Perasaan
intelektual
·
Perasaan
estesis
·
Perasaan
etis
·
Perasaan
social
·
Perasaan
diri
·
Perasaan
religious
c. Makhluk
biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi
Manusia adalah
produk dari saling tindak atau interaksi factor factor hayati dan budayawi. Sebagai makhluk hayati,
manusia dapat dipelajari dari segi-segi anatomi, fisiologi atau faal, biokimia,
psikobiologi, patologi, genetika, biodemografi, evolusi biologisnya, dan
sebagainya. Sebagai makhluk budayawi manusia dapat dipelajari dari segi-segi
kemasyarakatan, kekerabatan, psikologi social, kesenian, ekonomi, perkakas,
bahasa, dan sebagainya.
d.
Makhluk
ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan , mempunyai kualitas dan martabat
karena kemampuan bekerja dan berkarya.
Hidup
manusia mempunyai tiga taraf, yaitu estetis, etis, dan religius. Dengan
kehidupan estetis manusia mampu menangkap dunia sekitarnya sebagai dunia yang
mengagumkan dan mengungkapkan kembali karya dalam lukisan, tarian, nyanyian
yang indah. Dengan etis , manusia meningkatkan kehidupan estetis ke dalam
tingkatan manusiawi dalam bentuk bentuk keputusan bebas dan
dipertanggungjawabkan. Dengan kehidupan religious, manusia menghayati
pertemuannya dengan Tuhan.
Semakin
dekat seseorang dengan Tuhan, semakin dekat pula ia menuju kesempurnaan dan
semakin jauh ia dilepaskan dari rasa kekhawatiran. Semakin mendalam penghayatan
terhadap Tuhan semakin bermakna pula kehidupannya.
C.KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR
Ilmu psikologi yang
memang berasal dan timbul dalam masyarakat Barat, dimana konsep konsep dan
teori teori mengenai aneka warna isi jiwa, serta metode metode dan alat alat
untuk menganalisis dan mengukur secara detail variasi nisi jiwa , serta metode
metode dan alat alat untuk menganalisis dan mengukur secara detail variasi isi
jiwa individu itu.
Sampai sekarang ilmu
psikologi di Negara Barat itu terutama mengembangkan konsep dan teori mengenai
aneka warna isi jiwa. Untuk mengindari pendekatan terhadaap jiwa manusia itu,
hanya sebagai objek yang terkandung dalam batas individu yang terisolaso, maka
Hsu telah mengembangkan suatu konsepsi, bahwa dalam jiwa manusia sebagai
makhluk social budaya itu mengandung
delapan daerah yang seolah olah seperti lingkaran konsentris sekitar diri pribadi.
Nomer 7 dan nomer 6 disebut daerah tak sadar dan sub sadar.
Kedua lingkaran itu berada di daerah pedalaman diri alam jiwa individu dan
terdiri dari bahan pikiran dan gagasan yang telah terdesak kedalam, sehingga
tidak disadari lagi oleh individu yang bersangkutan.
Nomer 5
disebut kesadaran yang tak dinyatakan. Lingkatan itu terdiri dari beberapa
pikiran dan gagasan yang disadari oleh individu itu sendiri, tetapi disimpannya
saja di dalam alam jiwanya sendiri dan tidak dinyatakan kepada siapapun juga
dalam lingkungannya.
Nomor 4
disebut kesadaran yang dinyatakan. Lingkaran ini di dalam alam jiwanya
mengandung beberapa pikiran, gagasan, dan perasaan yang dapat dinyatakan secara
terbuka oleh si individu ke sesamanya.
Nomer 3
disebut lingkaran karib. Lingkaran di dalam alam jiwanya ini mengandung
konsepsi rang-orang, binatang-binatang, atau benda-benda yang oleh si individu
diajak bergaul secara mesra dan karib, yang bisa dipakai sebagai tempat
berlindung dan tempat mencurahkan isi hati apabila ia sedang terkena tekanan
batin atau dikejar-kejar oleh kesedihan/masalah-masalah hidup yang menyulitkan.
Nomor 2
disebut lingkaran hubungan berguna, tidak lagi ditandai oleh sikap sayang dan
mesra, melainkan ditentukan oleh fungsi kegunaan dari orang, binatang, atau
benda-benda itu bagi dirinya.
Nomer 1
disebut lingkaran hubungan jauh, terdiri dari pikiran dan sikap dalam alam jiwa
manusia tentang manusia, benda-benda, alat-alat, pengetahuan dan adat yang ada
dalam kebudayaan dan masyarakat sendiri, tetapi yang jarang sekali mempunyai
arti dan pengaruh langsung terhadap kehidupan sehari-hari.
Nomor 0
disebut lingkaran luar, terdiri dari pikiran-pikiran dan angapan-anggapan yang
hamper sama dengan pikiran yang terletak dalam lingkungan nomor 1, hanya
bedanya terdiri dari pikirian dan anggapan tentang orang dan hal yang terletak
di luar masyarakat, dan ditanggapi oleh individu bersangkutan dengan sikap masa
bodoh.
A.PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Secara
etimologis kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk
jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Sedangkan ahli antropologi yang
memberikan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah E.B.
Tylor dalam buku yang berjudul “Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta
kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.
Pada sisi
yang agak berbeda, Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai
keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata
kelakuan yang harus didapatkanya dengan belajar dan yang semuanya tersusun
dalam kehidupan masyarakat. Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun
dalam kehidupanan masyarakat.
Secara
lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Kebudayaan
adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia, yang meliputi:
a.
Kebudayaan
materiil (bersifat jasmaniah), yang meliputi benda-benda ciptaan manusia,
misalnya kendaraan, alat rumah tangga, dan lain-lain.
b.
Kebudayaan
non-materiil (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang tidak dapat dilihat dan
diraba, misalnya agama, bahasa, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.
2.
Kebudayaan
itu tidak diwariskan secara generatif (biologis), melainkan hanya mungkin
diperoleh dengan cara belajar.
3.
Kebudayaan
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa masyarakat kemungkinannya
sangat kecil untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya, tanpa kebudayaan tidak
mungkin manusia (secara individual maupun kelompok) dapat mempertahankan
kehidupannya. Jadi, kebudayaan adalah hampir semua tindakan manusia dalam
kehidupan sehari-hari.
B. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Setiap masyarakat memiliki kebudayaan. Kebudayaan setiap
masyarakat berbeda-beda. Namun, ada unsur-unsur pokok kebudayaan yang secara
umum dimiliki oleh setiap masyarakat. Unsur yang dimaksud sering disebut
unsur-unsur kebudayaan universal (cultural universals).
Beberapa ahli telah merumuskan unsur-unsur kebudayaan pokok.
Para ahli tersebut, di antaranya Melville J. Herskovits yang menyampaikan empat
unsur pokok kebudayaan, yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga,
dan kekuasaan politik.
Sementara itu Bronislaw Malinowski menyebut
unsur-unsur pokok kebudayaan sebagai berikut:
·
Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antaranggota
masyarakat sebagai upaya menguasai alam sekitarnya.
·
Organisasi ekonomi.
Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan, termasuk keluarga sebagai
lembaga pendidikan yang utama.
·
Organisasi kekuatan.
Adapun C. Kluckhohn dalam karyanya Universals Categories of
Culture memaparkan ada tujuh unsur kebudayaan yang dianggap cultural
universals, yaitu sebagai berikut
1. Sistem
kepercayaan (sistem religi).
Setiap masyarakat memiliki keyakinan terhadap hal-hal bersifat religi, bahkan
pada masyarakat atheis (tidak percaya adanya Tuhan) sekali pun.
2. Sistem
pengetahuan.
Setiap masyarakat mempunyai sistem pengetahuan yang mungkin berbeda-beda pada setiap
masyarakatnya.
3. Peralatan
dan perlengkapan hidup manusia.
Setiap masyarakat juga memiliki pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga,
alat-alat produksi, senjata, dan sebagainya.
4. Mata
pencaharian dan sistem-sistem ekonomi.
Dalam masyarakat selalu ada mata pencaharian atau sistem ekonomi, seperti pertanian,
peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dan sebagainya.
5. Sistem
kemasyarakatan.
Setiap masyarakat biasanya memiliki kemasyarakatan, di antaranya, sistem
kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, dan sistem pekawinan.
6. Bahasa,
baik lisan maupun tulisan.
Masyarakat mana yang tidak memiliki bahasa? Tentunya tidak ada masyarakat yang
tidak memiliki bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.
7. Kesenian,
baik seni rupa, seni suara, maupun seni lainnya.
Setiap masyarakat mempunyai berbagai macam seni yang tentunya berbeda dengan
masyarakat lainnya.
Selain unsur di atas, para hali mengemukakan unsur budaya
sebagai berikut:
Melville
J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
·
alat-alat teknologi
·
sistem ekonomi
·
keluarga
·
kekuasaan politik
Bronislaw
Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
·
Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
·
Organisasi ekonomi
·
Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk
pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
·
Organisasi kekuatan (politik)
C.WUJUD KEBUDAYAAN
Menurut dimensi
wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu:
1. Kompleks
gagasan, konsep, dan pikiran manusia
Wujud ini disebut system budaya, sifatnya
abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang
menganutnya, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat
dimana kebudayaan bersangkutan hidup.
2. Kompleks
aktivitas
Berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
sifat kongkret, dan diamati atau diobservasi.
3. Wujud
sebagai benda
Aktivitas manusia yang saling berinteraksi
tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia
untuk mencapai tujuannya.
D. ORIENTASI NILAI BUDAYA
Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki system nilai. Menurut
C.Kluckom dalam karyanya system nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia,
secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu :
1. Hakekat Hidup Manusia
(MH)
Hakekat hidup manusia
untuk setiap kebudayaan berbeda secara ekstrem, ada yang berusaha untuk
memadamkan hidup, ada pula yang dengan pola pola kelakuan tertentu menganggap
hidup sebagai suatu hal yang baik.
2. Hakekat karya manusia
(MK)
Setiap kebudayaan
sejatinya memiliki hakekat yang berbeda beda. Diantaranya ada
yang beranggapan bahwa karya bertujuan untuk hidup.karya
memberikan kedudukan atau kehormatan. Karya merupakan gerak hidup untuk membentuk
karya yang berikutnya.
3. Hakekat waktu manusia
(MW)
Hakekat
waktu untuk setiap kebudayaan berbeda, ada yang berpandangan mementingkan
orientasi masa lampau, ada pula yang berpandangan untuk masa kini atau masa
yang akan datang.
4.
Hakekat alam manusia (MA)
Ada kebudayaan yang
menganggap manusia sering mengeksploitasi alam, dan ada pula kebudayaan yang menganggap
manusia sebagai pemelihara alam.
5.
Hakekat hubungan manusia (MN)
Dalam hal ini yang
dipentingkan adalah hubungan antara manusia dengan manusia, baik secara
horizontal (sesamanya) maupun secara vertical (orientasi kepada tokoh-tokoh). Ada
pula yang berpandangan individualis.
E. PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Tidak ada
kebudayaan yang stastis, semua kebudayaan mempunyai dinamika dan gerak. Gerak
kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia. Gerak manusia terjadi oleh karena
ia mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya. Artinya, karena terjadi
hubungan antar kelompok manusia di dalam masyarakat terjadi perrubahan, yang
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain”
1.
Sebab-sebab
yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya perubahan
jumlah dan komposisi penduduk.
2.
Sebab-sebab
perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
Perubahan kebudayaan ialah perubahan yang terjadi dalam system ide
yang dimiliki bersama oleh para warga masyarakat atau sejumlah warga masyarakat
yang bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan
sebagai pegangan dalam kehidupan, juga teknologi, selera, rasa keindahan
(kesenian), dan bahasa.
F. HUBUNGAN
MANUSIA DENGAN KEBUDAYAAN
Secara sederhana hubungn antara
manusia dan kebudayaan adalah mannusia sebgai perilaku kebudayaan dan
kebudayaan merupakan objek yang dilaksanakan oleh manusia.
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan
dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya walaupun dua duanya berbeda tetapi tetap
satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan dan setelah kebudayaan itu
tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Tampak
akhirnya keduanya merupakan ssatu kesatuan.
Dari sisi
lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan
hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis,
maksudnya saling kait satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui
tiga tahan yaitu:
1.
Eksternalisasi,
yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dirinya.
2.
Obyektivitas,
yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas objektif, yaitu suatu kenyataan
yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia.
3.
Internalisasi,
yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia.
Manusia dengan
kebudayaan mempunyai hubungan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang
ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul, manusia atau
kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya harus menyertakan pembatasan
masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
BAB 3
KONSEPSI ILMU BUDAYA
DASAR DALAM KESUSASTRAAN
A. PENDEKATAN
KESUSASTRAAN
IBD, yang semula dinamakan Basic Humanies, berasal
dari bahasa inggris the humanities, istilah ini berasal dari bahasa latin
Humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus. Dengan mempelajari the
humanities manusia akan menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih
halus. Jadi the humanities berkaitan dengan masalah nilai, yaitu nilai kita
sebagai homo humanus.
Untuk menjadi homo humanus, manusia harus mempelajari
ilmu, yaitu the humanities, disamping tanggung jawab yang lain. Apa yang
dimasukkan ke dalam the humanities masih diperdebatkan dan kadang kadang
disesuaikan dengan keadaan dan waktu. Pada umumnya the humanities mencakup
filsafat , teknologi, seni, dan cabang cabangnya termasuk sastra, sejarah,
cerita rakyat, dan sebagainya. Pada pokoknya semua mempelajari masalah manusia
dan budaya. Karena itu ada yang menterjemahkan the humanities menjadi ilmu ilmu
kemanusiaan, ada juga yang menterjemahkan menjadi pengetahuan budaya.
Hampir disetiap jaman seni termasuk sastra
memegang peranan yang penting dalam the
humanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan
dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusiaan seperti yang terdapat dalam filsafat
atau agama. Dibanding dengan cabang the hunmanties yang lain, seperti misalnya
ilmu bahasa, seni memegang peranan yang lebih penting karena nilai nilai
kemanusiaan yang disampaikannya.
Seni adalah ekspresi yang sifatnya tidak
normative, seni lebih mudah berkomunikasi. Karena tidak normative, nilai nilai
yang disampaikannya lebih fleksibel, baik isinya maupun cara penyampaianya.
Hampir di setiap jaman, sastra mempunyai peranan
yang lebih penting. Alasan pertama, karena sastra menggunakan bahasa, sementara
itu bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hampir semua pernyataan kegiatan
manusia. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri,yang kemudian melahirkan
filsafat , manusia mempergunakan bahasa, dengan demikian , manusia dan bahsa
pada hakekatnya adalah satu, kenyataan inilah mempermudah sastra untuk
berkomunikasi.
B.
ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PROSA
Istilah prosa
banyak padanannya kadang disebut dengan narrative fiction, prose fiction atau
hanya fiction saja. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi sering diterjemahkan
menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa
kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiea dan alur yang dihasilkan oleh
daya khayal atau imajinasi. Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman,
atau novel, atau cerita pendek.
Dalam kesusastraan
Indonesia kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru.
1.
Prosa lama meliputi:
-
Dongeng- dongeng
-
Hikayat
-
Sejarah
-
Epos
-
Cerita pelipur lara
2.
Prosa baru meliputi
-
Cerita pendek
-
Roman/novel
-
Biografi
-
Kisah
-
Otobiografi
C. NILAI-NILAI DALAM PROSA FIKSI
Sebagai
seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi)
langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan, atau cerita. Dengan perkataan
lain prosa mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra. Adapun nilai-nilai
yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain:
1.
Prosa
fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan
yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman
sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa atau kejadian yang dikisahkan.
2.
Prosa
fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan jenis
informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedia.
3.
Prosa
fiksi meberikan warisan kultural
Prosa fiksi dapan
menstimulasi imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak
henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
4.
Prosa
memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi
seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan
banyak individu.
D.
ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN
PUISI
Puisi termasuk
seni sastra, sedangkan sastra bagian dari kesenian, dan kesenian cabang/unsur
dari kebudayaan. Jika diberi batasan, maka puisi adalah ekspresi pengalaman
jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa
yang artistic/estetik, yang secara padu dan utuh didapatkan kata-katanya.
Kepuitisan, keartistikan bahasa puisi disebabkan
oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan:
- Figura bahasa, seperti gaya
personifikasi, metafora, perbandingan, alegori, dsb sehingga puisi menjadi
segar, hidup, menarik dan member kejelasan gambaran angan.
- Kata-kata yang ambigu, yaitu kata yang memiliki
makna ganda, banyak tafsir dan pengertiannya.
- Kata-kata yang berjiwa, yaitu kata kata
yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan asosiasi-asosiasi
tertentu.
- Pengulangan, yang berfungsi untuk
mengintensifkan hal hal yang dilukiskan, sehingga lebih mengunggah hati.
-
Kata konotatif, yaitu kata yang sudah diberi
tambahan nilai-nilai rasa.
Dibalik kata-katanya
yang padat, ekonomis dan sukar dicerna maknanya, puisi berisi potret kehidupan
manusia. Puisi menyungguhkan kepada kita suasana-suasana dan
peristiwa-peristiwa kehidupan manusia dan juga dalam kaitan kehidupannya dengan
alam dan Tuhan.
Adapun alasan-alasan
yang mendasari penyajian pusi pada perkuliahan Ilmu Budaya Dasar adalah sebagai
berikut:
1.
Hubungan
puisi denngan pengalaman hidup manusia
Perekam dan penyampaian
pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan” ini berarti bahwa
manusia senantiasa ingin memiliki salah satu kebutuhan dasar untuk lebih
menghidupkan pengalaman hidupnya dari sekedar kumpulan pengalan langsung yang
terbatas.
2.
Puisi
dan kesadaran individual
Dengan membaca puisi
mahasiswa dapat diajak untuk dapat menyejukan hati/pikiran mereka
masing-masing, karena melalui puisi si penyair menunjukan kepada pembaca bagian
dalam hati manusia.
3.
Manusia
dan keinsyafan social
Puisi juga memberikan
kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai makhluk social. Secara imaginative
puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia social yang bisa berupa:
-
Penderitaan
atas ketidakadilan
-
Perjuangan
untuk kekuasaan
-
Konflik
dengan sesamanya
-
Pemberontakan
terhadap hukum Tuhan
BAB 4
MANUSIA DAN CINTA KASIH
A. PENGERTIAN CINTA KASIH
Menurut kamus umum bahasa Indonesia
karya W.J.S. Poerwadarminta, cinta adalah rasa sangat suka atau sayang, ataupun
rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan
sayang atau cinta. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan,
sehinga kata kasih memperkuat rasa cinta, karena itu cinta kasih dapat
diartikan sebagai perasaan suka kepada seseorang yang disertai dengan menaruh
belas kasih.
Cinta memegang peranan yang penting dalam kehidupan
manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan
keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat dimasyarakat dan hubungan
manusiawi yang akrab. Cinta juga pengikat antara kokoh antara manusia dengan
Tuhannya, seingga manusia menyembah Tuhan dengan ijhlas, mengikuti perintah-Nya,
dan berpegang teguh pada syariat-Nya.
Banyak para tokoh yang mengungkapkan pendapatnya
tentang cinta kasih, diataranya ada Erich Fromm, dia menyebutkan dalam bukunya
seni mencinta, bahwa cinta itu terutama memberi bukan menerima. Dan memberi
merupakan ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan. Yang paling penting dalam
memberi ialah hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta mempunyai
unsur-unsur dasar tertentu yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian, dan
pengenalan.
Cinta tingkat tertinggi adalah cinta kepada Tuhan,
Rasul dan berjihad di jalan-Nya. Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada
orang tua, anak, saudara, suami/istri, dan kerabat. Cinta tingkat terendah
adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga, kerabat, harta dan tempat
tinggal.
Cinta kepada Tuhan, Rasul, dan berjihad di jalanNya
merupakan cinta yang tidak ada duanya. Hal yang merupakan konsekwensi iman dan
merupakan keharusan dalam agamanya. Bahkan itu pendorong utama di dalam
penunjang agama. Tidak diragukan lagi, manusia yang sangat mencintai Tuhannya,
maka ia akan merasakan kedamaian dalam hatinya, kedamaian dalam hidupnya, karena
ia telah meyakini bahwa zat Tuhan lah yang Maha Sempurna, Maha Indah, Maha
Agung, dan Maha dari segala Maha. Tak ada satupun selain Dia yang memiliki
kesempurnaan sifat-sifat tersebut. Maka dengan ketulusan iman yang sejati
itulah yang harus diikuti karena Dia lah yang Maha Tinggi, Maha Sempurna dan
Maha dari segala Maha.
Hakekat cinta menengah adalah suatu energy yang
datang dari perasaan hati dan jiwa. Ia timbul dari perasaan seseorang yang
dicintainya, aqidah, keluarga, kekerabatan, atau persahabatan, karenanya hubungan
cinta, kasih sayang dan kesetiaan diantara mereka semakin akrab.
Berangkat dari perasaan lembut yang ditanamkan oleh
Tuhan dalam hati dan jiwa seseorang inilah, akan terbentuk perasaan kasih
sayang dan cinta dari seseorang terhadap orang lain.
Cinta tingkat rendah adalah cinta yang paling keji,
hina dan merusak rasa kemanusiaan, karena itu ia adalah cinta rendahan. Bentuknya
beraneka ragam, misalnya:
1. Cinta
kepada syetan, atau sesuatu yang disembah selain Tuhan.
2. Cinta
berdasarkan hawa nafsu.
3. Cinya
yang lebih mengutamakan kecintaan pada orang tua, anak, istri/suami, perniagaan
dan tempat tinggal.
Cinta mempunyai hikmah
yang sangat besar, diantaranya adalah:
1. Sesungguhnya
cinta itu adalah ujian yang berat dan pahit dalam kehidupan manusia, karena
setiap cinta akan mengalami berbagai macam rintangan. Tetapi manusia yang telah
melewati rintangan tersebut maka manusia itu telah menang, manusia itu telah
menagkap hikmah dari cinta itu sendiri.
2. Cinta
telah memberikan pengaruh yang besar terhadap pola berfikirnya manusia. Cinta telah
membuat manusia menjadi lebih bersemangat dalam menggapai cita-citanya. Cinta seperti
power, yang berpengaruh besar terhadap semangat juang seseorang.
B.
CINTA
MENURUT AGAMA
Ada yang
berpendapat bahwa etika cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan
dengan agama, tetapi dalam kenyataan hidup manusia masih mendambakan tegaknya
cinta dalam kehidupan ini. Di satu pihak, cinta didengungkan lewat lagu dan
organisasi perdamaian dunia, tetapi pihak lain dalam praktek kehidupan cinta
sebagai dasar kehidupan jauh dari kenyataan. Atas dasar ini, agama memberikan
ajaran cinta kepada manusia.
Dalam
kehidupan manusia, cinta menampakkan diri dalam berbagai bentuk, kadang-kadang
seseorang mencintai dirinya sendiri, kadang-kadang mencintai orang lain, atau
juga istri dan anaknya, hartanya, atau Allah dan Rasul-Nya. Berbagai bentuk
cinta ini biasa kita dapatkan dalam kitab suci Al-Qur’an.
Cinta
diri
Cinta diri
erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Manusia senang untuk tetap hidup,
mengembangkan potensi dirinya, dan mengaktualisasikan diri, ia mencintai
segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan pada dirinya. Sebaliknya ia membenci
segala sesuatu yang menghalanginya untuk hidup hidup, berkembang dan
mengaktualisasikan diri. Ia juga membenci segala sesuatu yang mendatangkan rasa
sakit, penyakit dan mara bahaya. Al-Qur’an telah mengungkapkan cinta alamiah
manusia terhadap dirinya sendiri, dan menghindari dari segala sesuatu yang
membahayakan keselamatan dirinya, melauli ucapan Nabi Muhammad SAW, bahwa
seandainya beliau mengetahui hal-hal gaib, tentu beliau akan memperbanyak
hal-hal yang baik bagi dirinya dan menjauhkan dirinya dari segala keburukan.
Diantara
gejala yang menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri ialah
kecintaannya yang sangat terhadap harta, yang dapat merealisasikan semua
keinginannya dan memudahkan baginya segala sarana untuk mencapai kesenangan dan
kemewahan hidup (QS, Al-Adiyat, 100:8).
Diantara
gejala lain yang menunjukkan kecintaan manusia pada dirinya sendiri ialah
permohonannya uang terus menerus agar dikaruniai harta, kesehatanm dan berbagai
kebaikan dan hidup lainnya. Dan apabila ia tertimpa bencana, keburukan, atau
kemiskinan, ia merasa putus asa dan mengira ia akan bias meperoleh karunia
lagi(QS, Fushilat, 41:49)
Namun
hendaknya cinta manusia pada dirinya tidaklah terlalu berlebih-lebihan dan
melewati batas. Sepatutnya cinta pada diri sendiri ini diimbangi dengan cinta
pada orang lain dan cinta berbuat kebajikan kepada mereka.
Cinta kepada sesama manusia
Agar manusia dapat hidup dengan
penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya, tidak boleh tidak ia
harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan egoismenya. Hendaknya ia
menyeimbangkan cintanya itu dengan cinta dan kasih sayang pada orang-orang
lain, bekerja sama dengan dan memberi bantuan kepada orang lain, oleh karena
itu, Allah ketika memberi isyarat tentang kecintaan manusia pada dirinya
sendiri, seperti yang tampak pada keluh kesahnya apabila ia tertimpa kesusahan
dan usahanya yang terus-menerus untuk memperoleh kebaikan serta kebakhilannya
dalam memberikan sebagian karunia yang diperolehnya. Setelah itu Allah langsung
memberi pujuan kepada orang-orang yang berusaha untuk tidak berlebih-lebihan
dalam cintanya kepada diri sendiri dan melepaskan diri dari gejala-gejala itu
adalah dengan melalui iman, menegakkan shalat, memberikan zakat, bersedekah
kepada orang-orang miskin dan tak punya, dan menjauhi segala larangan Allah.
Keimanan yang demikian ini akan bias menyeimbangkan antara cintanya kepada diri
sendiri dan cintanya kepada orang lain, dan dengan demikian akan bias
merealisasikan kebaikan individu dan masyarakat.
Cinta seksual
Cinta erat kaitannya dengan dorongan
seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam melestarikan kasih sayang, keserasian,
dan kerjasama antara suami dan istri. Ia merupakan factor yang primer bagi
kelangsungan hidup keluarga :
“Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi yang berpikir(QS, Ar-Rum, 30:21)
Dorongan seksual melakukan fungsi
penting, yaitu melahirkan keturunan demi kelangsungan jenis. Lewat dorongan
seksualah terbentuknya keluarga. Dari keluarga terbentuk masyarakat dan bangsa.
Dengan demikian bumi pun menjadi ramai, bangsa-bangsa saling kenal mengenal, kebudayaan
berkembang, dan ilmu pengetahuan dan industry menjadi maju. Islam mengakui
dorongan seksual dan tidak mengingkarinya. Jelas dengan sendirinya ia mengakui
pula cinta seksual yang mennyertai dorongan tersebut. Sebab ia merupakan emosi
alamiah dalam diri manusia yang diingkari, tidak ditentang ataupun ditekannya, yang diserukan Islam hanyalah pengendalian dan penguasaan cinta ini lewat
pemenuhan dorongan tersebut dengan cara yang sah, yaitu dengan perkawinan.
Cinta kebapakan
Mengingat bahwa antara ayah dan
anal-anaknya tidak terjalin oleh ikatan-ikatan fisiologis seperti yang
menghubungkan si ibu dengan anak-anaknya, maka para ahli ilmu jiwa modern
berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan fisiologis seperti
halnya dorongan keibuan, melainkan dorongan psikis. Dorongan ini Nampak jelas
dalam cinta bapak kepada anak-anaknya, karena mereka sumber kesenangan dan
kegembiraan baginya, sumber kekuatan dan kebanggaan, dan merupakan factor
penting bagi kelangsungan peran bapak dan kehidupan dan tetap terkenangnya dia
setelah meninggal dunia. Ini terlihat kelas dalam do’a Nabi Zakaria As, yang
memohon pada Allah semoga ia dikarunia seorang anak yang akan mewarisinya dan
mewarisi keluarga Ya’qub :
“Ia berkata : Ya Tuhanku,
sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku
belum pernah kecewa dalm berdo’a kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya
aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang
yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan
mewarisi aku dan mewarisi keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku,
seseorang yang diridhai (QS, Maryam, 19:4-6)
Cinta kebapakan dalam Al-Qur’an
diisyratkan dalam kisah Nabi Nuh As. Betapa cintanya ia kepada anaknya, tampak
jelas ketika ia memanggilnya dengan rasa penuh cinta, kasih sayang, dan belas
kasihan untuk naik ke perahu agar tidak tenggelam ditelan ombak.
Cinta kepada Allah
Puncak cinta manusia, yang paling
bening, jernih dan spiritual ialah cintanya kepada Allah dan kerinduaanya
kepada-Nya. Tidak hanya dalam shalat, pujian, dan doanya saja, tetapi juga
dalam semua tindakan dan tingkah lakunya. Semua tingkah laku dan tindakannya
ditunjukkan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan ridha-Nya :
“Katakanlah : Jika kamu(benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu. Allah Maha pengampun lagi Maha penyanyang” (QS, Ali Imran, 3:31)
Cinta yang ikhlas seorang manusia
kepada Allah akan membuat cinta itu menjadi kekuatan pendorong yang
mengarahkannya dalam kehidupannya dan menundukan semua bentuk kecintaan
lainnya. Cinta ini pun juga akan membuatnya menjadi seorang yang cinta pada
sesame manusia, hewan, semua mahluk Allah dan seluruh alam semesta. Sebab dalam
pandagannya semua wujud yang ada di sekelilingnya mempunyai manifestasi
dari Tuhannya yang membangkitkan kerinduan-lerinduan spiritualnya dan harapan
kalbunya.
Cinta kepada Rasul
Cinta kepada Rasul, yang diutus
Allah sebagai rahma bagi seluruh alam semesta, menduduki peringkat ke dua
setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul merupakan ideal sempurna bagi
manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya.
Seorang mukmin yang benar-benar beriman dengan sepenuh hati akan mencintai
Rasullah yang telah menanggung derita dakwah Islam, berjuang dengan penuh
segala kesulitan sehingga Islam tersebar di seluruh penjuru dunia, dan membawa
kemanusiaan dari kekelaman kesesaran menuju cahaya petunjuk.
C. KASIH SAYANG
Pengertian
kasih sayang menurut kamus umum bahasa Indonesia karangan W.J.S.Porwadarminta
adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang.
Dalam kehidupan berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih
sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Percintaan muda-mudi (pria-wanita)
bila diakhiri dengan perkawinan, maka didalam rumah tangga keluarga muda itu
bukan lagi bercinta-cintaan, tetapi sudah bersifat kasih mengasihi atau saling
menumpahkan kasih sayang. Dalam kasih sayang sadar atau tidak sadar dari
masing-masing pihak dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling
percaya, saling pengertian, saling terbuka, sehingga keduanya merupakan
kesatuan yang bulat dan utuh.
Bila salah
satu unsur kasih sayang hilang, misalnya unsur tanggung jawab, maka retaklah
keutuhan rumah tangga itu. Kasih sayang yang tidak disertai kejujuran,
terancamlah kebahagian rumah tangga itu. Kasih sayang merupakan sesuatu paling
mendasar, yang harus di terima oleh setiap manusia, kasih sayang bisa di sebut
juga sabagai suatu hak yang harus kita terima, karena peran kasih sayang secara
psikologi sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya seorang individu. Tentu
seorang individu yang di didik dengan kasih sayang, bisa menjadi individu yang
lebih baik di bandingkan mereka yang kekurangan kasih sayang, karena dewasa
ini, banyak sekali orang yang berpandangan bahwa uang adalah segala-galanya
sehingga banyak orang tua yang lebih mementingkan mencari uang untuk anak, dan
menomor dua kan kasih sayang.
Sehingga
tidak sedikit anak yang bertindak negative, melakukan hal negative yang biasa
di sebut sebagai kenakalan remaja, umumnya hal itu terjadi di karenakan si anak
merasa kurang di perhatikan oleh orang tuanya, dan dia melakukan hal-hal
negative agar orang tuanya terganggu dan mulai memperhatikan anak tersebut.
Tentu kurangnya kasih sayang harus di hindari oleh setiap orang tua, mulai
memberikan kasih sayang yang lebih, dan menomor satukan kasih sayang. Tanpa
kasih sayang seorang anak bisa berubah menjadi individu yang brutal, kurang
perduli dengan lingkungan sekitar, dan bertindak sesuai dengan kemauan dirinya
sendiri. Hal ini, terbtukti dari banyaknya penelitian, bahwa kenakalan remaja,
paling banyak di karenakan factor didikan dan kurangnya kasih sayang dan
perhatian dari orang tua tersebut.
Kasih
sayang mengajarkan banyak hal terhadap manusia, kasih sayang memberikan
kepekaan bagi kita semua, untuk berbagi kasih terhadap sesama, kasih sayang
yang mampu merubah banyak individu yang umumnya perubahan terjadi kearah yang
lebih baik. Baik itu terhadap sahabat, orang yang kita cintai, atau siapa pun
yang kita lihat, karena begitu banyak orang di dunia ini yang membutuhkan kasih
sayang dari orang lain, tidak semua orang beruntung memiliki orang tua, memiliki
orang-orang yang di kasihinya, karena begitu banyak anak yang lahir tanpa kasih
sayang orang tua, begitu banyak anak yang kelahirannya bahkan tidak di inginkan
oleh orang tuanya, sehingga patutlah kita memberikan kasih sayang lebih
terhadap anak-anak yatim piatu, dan kita harus bersyukur karena kita jauh lebih
beruntung dari pada mereka. Bahkan keutamaan mengasihi anak yatim sangat di
tekankan oleh rosulullah SAW.
Oleh
karena itu rasa kasih sayang harus di tanamkan kepada siapa pun, tanpa mengenal
siapa dia, dari mana asal usulnya. Dan kita utamakan mereka yang jauh lebih
membutuhkan, semampu kita untuk mengasihi mereka.
D. KEMESRAAN
Kemesraan berasal dari kata dasar
'mesra', yang artinya perasaan simpati yang akrab. Kemesraan adalah hubungan
akrab baik antara pria dan wanita yang sedang dimabuk asmara maupun yang sudah
berumah tangga. Kemesraan merupakan perwujudan kasih sayang yang telah
mendalam. Cinta yang berlanjut menimbulkan pengertian mesra atau kemesraan.
Kemesraan adalah perwujudan dari cinta. Kemesraan dapat menimbulkan daya
kreativitas manusia. Kemesraan dapat menciptakan berbagai bentuk seni sesuai
dengan kemampuan bakatnya.
Filsuf Rusia, Salovjef dalam bukunya makna kasih
mengatakan “jiak seseorang pemuda jatuh cinta pada seorang gadis secara teknis,
ia terlempar ke luar dari cinta diri. Ia mulai hidup untuk orang lain.
Pernyataan ini dijabarkan secara indah oleh William
Shakespeare dalam kisah “romeo dan Juliet”, bila di Indonesia kisah Roro
mendut-Pronocitro.
Yose Ortage Y Gasset dalam novelnya “ On love”
mengatakan dikedalaman sanubarinya seorang pencinta merasa dirinya bersatu
tanpa syarat dengan obyek cintanya. Persatuan bersifat kebersamaan yang
mendasar dan melibatkan seluruh eksistensinya.
Selanjutnya Yose mengatakan, bahwaa si pecinta
tidaklah kehilangan pribadinya dalam aliran energy cinta tersebut. Malahan
pribadinya akan diperkaya, dan dibebaskan. Cinta yang demikian merupakan pintu
bagi seseorang untuk mengenal dirinya sendiri.
Kemampuan mencinta memberi nilai hidup kita, dan menjadi
ukuran terpenting dalam menentukan apakah kita maju atau tidak dalam evolusi
kita. Dari uraian di atas terlihat betapa agung dan sucinya cinta itu. Bila
seseorang mengobral cinta, maka orang itu merusak nilai cinta, yang berarti
menurunkan martabat dirinya sendiri. Cinta yang berlanjut menimbulkan
pengertian mesra atau kemmesraan. Kemesraan adalah perwujudan dari cinta.
E. PEMUJAAN
Pengertian pemujaan adalah salah
satu investasi cinta manusia kepada Tuhan yang diwujudkan dalam komunikasi
ritual, karena pemujaan kepada Tuhan adalah inti, nilai dan makna kehidupan
yang sebenarnya. Pemujaan dapat dilakukan dalam berbagai aspek seperti memuja
pada leluhur, memuja pada agama tertentu dan kepercayan yang ada.
Dalam kehidupan manusia terdapat berbagai cara
pemujaan sesuai dengan agama, kepercayaan, kondisi, dan situasi. Sholat di
masjid, sembahyang di pura, di candi, di gereja, bahkan tempat-tempat yang
dianggap keramat merupakan perwujudan dari pemujaan kepada Tuhan atau yang
dianggap Tuhan.
Pemujaan-pemujaan itu sebenarnya karena manusia
ingin berkomunikasi dengan Tuhannya, hal ini berarti manusia mohon ampun atas
segala dosanya mohon perlindungan, mohon dilimpahkan kebijaksanaan, agar
ditunjukkan jalan yang benar, dan lain-lain.
F.
BELAS
KASIHAN
Belas
kasih adalah kebajikan di mana kapasitas emosional empati dan simpati untuk
penderitaan orang lain dianggap sebagai bagian dari cinta itu sendiri, dan
landasan keterkaitan sosial yang lebih besar dan humanisme-dasar ke tertinggi
prinsi-prinsip dalam filsafat, masyarakat, dan kepribadian.
Dalam cinta sesama dipergunakan istilah belas
kasihan, karena cinta disini bukan karena cakapnya , kayanya, cantiknya, pandainya,
melainkan kerena penderitaannya. Penderitaan ini mengandung arti luas. Mungkin
tua , sakiit-sakitan, yatim, yatim piatu, penyakit yang dideritanya, dan
sebagainya.
Jadi kata kasihan atau rahmah berarti bersimpati
kepada nasib atau keadaan yang di derita orang lain. Perbuatan atau sifat
menaruh belas kasihan adalah orang yang berakhlak . Manusia mempunyai potensi
untuk berbelas kasihan. Masalahnya sanggupkah ia menggugsh potensi belas
kasihannya itu. Bila orang itu tergugah hatinya maka berarti orang berbudi dan
terpujilah oleh Allah SWT.
Dalam esai on love ada pengertian bahwa cinta adalah
rasa persatuan tanpa syarat. Itu berarti dalam rasa belas kasihan tidak
terkandung unsure pamrih. Belas kasihan yang kita tumpahkan benar benar keluar
dari lubuk hati yang ikhlas. Jika kita memberikan uang pada pengemis agar
mendapatkan pujian, itu berarti tidak ihklas atau ada tujuan tertentu, hal
seperti itu banyak terjadi dalam masyarakat.
G. KISAH CINTA EROTIS
Cinta kasih erotis yaitu kehausan
akan penyatuan yang sempurna, akan penyatuan dengan seseorang lainnya. cinta
kasih erotis bersifat ekslusif, bukan universal, pertama-tama cinta kasih
erotis kerap kali di campurbaurkan dengan pengalaman yang dapat di eksplosif
berupan jatuh cinta. Tetapi seperti yang telah dikatakan terlebih dahulu ,
pengalaman intimitas, kemesraan yang tiba-tiba ini pada hakekatnya hanya
sementara. Keinginan seksual menuju kepada penyatuan diri, tetapi sekali-kali
bukan merupakan nafsu fisi belaka, untuk meredakan ketegangan yang menyakitkan.
Rupanya keinginan seksual dengan mudah dapat di dicampuri atau di stimulasi
oleh tiap-tiap perasaan yang mendalam. Dalam cinta kasih erotis terdapat
eksklusivitas yang tidak terdapat dalam cinta kasih persaudaraan dan cinta
kasih keibuan, sering kali eksklusivitas dalam cinta kasih erotis di
salah tafsirkan dan di artikan sebagai suatu ikatan hak milik, contoh sering
kita jumpai separang orang-orang yang sedang saling mencintai tanpa merasakan cinta
kasih terhadap setiap orang lainya.
Cinta kasih kesaudaraan merupakan cinta kasih antar
orang orang yang sama sama sebanding, sedangkan cinta kasih ibu merupakan cinta
kasih terhadap orang orang yang lemah tanpa daya. Walaupun terdapat perbedaan
besar antara kedua jenis tersebut, kedua duanya mempunyai kesamaan bahwa pada
hakekatnya cinta kasih tidak terbatas kepada sesorang saja. Pada hakekatnya
cinta kasih tersebut bersifat eksklusif, bukan universal, dan juga barangkali
merupakan bentuk cinta kasih yang paling tidak dapat dipercaya.
Bahwa cinta kasih hanyalah merupakan perbuatan
kemauan dan mengikat diri saja sehingga pada dasarnya tidak usah dipedulikan siapa
kedua orang yang terlibat di dalamnya. Apakah pernikahan itu diatur oleh orang
lain ataukah merupakan hasil pilihan individual,hal itu bukan menjadi soal, yang penting sesudah pernikahan itu dilangsungkan ialah bahwa perbuatan kemauan
seharusnya menjamin kelangsungan cinta kasih. Pandangan ini rupa rupanya
mengabaikan ciri paradox hakekat manusiawi dan cinta kasih erotis. Kita
semuanya satu, namun tiap tiap diantara kita merupakan makhluk unik yang khas
yang tidak ada duplikatnya. Dalam hubungan kita dengan orang orang lain.
Paradox itu juga berlaku, sejauh kita merupakan satu, kita dapat mencintai dan
mengasihi tiap tiap orang lain secara sama dalam arti cinta kasih erotis
menurut adanya unsure unsure sangat khas dan individual yang terdapat diantara
beberapa orang tertentu saja, tetapi tidak pada semua orang.
Dengan demikian maka, baik pandangan bahwa cinta
kasih erotis merupakan atraksi individual belaka maupun pandangan bahwa cinta
kasih erotis itu tidak lain dari pada perbuatan kemauan, kedua duanya benar,
atau lebih tepat jika dikatakan bahwa tidak terdapat pada yang satu, juga tidak
pada yang lain. Oleh karena itu, gagasan bahwa hubungan pernikahan mudah saja
dapat diputuskan apabila orang tidak bersukses didalamnya, merupakan gagasan
yang sama sekali keliru dengan gagasan bahwa hubungan semacam itu di dalam
keadaan bagaimanapun tidak boleh diputuskan.
SUMBER:
Universitas Gunadarma, Diklat Kuliah Ilmu Budaya
Dasar, Edisi 2007 (Widyo Nugroho, Achmad Muchji)
·