Minggu, 26 Januari 2014

Manusia dan Hikmah dari Setiap Penderitaan (Tugas ke-4 IBD)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah kali ini yang membahas tentang hubungan “Manusia dan Hikmah dari Setiap Penderitaan”
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah guna menyelesaikan tugas yang diberikan serta menyelesaikan materi menganai manusia dan penderitaan. Kita tahu di setiap penderitaan pasti selalu ada hikmah, dan kita menyadari tidak mungkin adanya penderitaan juka tidak ada sebab dan akibat. Lalu apa penyebab timbulnya sebuah penderitaan? Dan bagaimana manusia harus menyikapi penderitaan tersebut? Pada makalah kali ini saya akan membahas tentang makna dari sebuah penderitaan yang dihadapi oleh manusia. Penderitaan, bencana, musibah, wajar dan pasti akan dialami setiap manusia di muka bumi ini, hanya saja tergantung pribadi masing-masing bagaimana cara menyikapinya.
Saya berharap tugas sekaligus tulisan ini dapat menarik perhatian dan menambah wawasan pembaca tanpa memandang status dan kepentingan budaya.


Depok, 27 January 2014

Penulis
Nurul Fahsya




PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Manusia tidak akan luput dari kesalahan, setiap manusia pasti pernah mengalami musibah dan penderitaan yang berat, sampai akhirnya manusia itu putus asa. Banyak khasus manusia yang nekad bunuh diri karena menganggap musibah yang dialaminya teramat berat, sampai akhirnya dia berputus asa sehingga memilih jalan bunuh diri untuk mengakhiri penderitaannya tersebut. Tetapi, sesungguhnya manusia yang nekad bunuh diri itu tidaklah mempunyai kepercayaan adanya Tuhan, yang selalu memberikan jalan dari setiap musibah atau penderitaan yang dialami pada setiap manusia. Percayalah, Tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umat-Nya.
Manusia dan penderitaan ibarat seperti garam dalam sayur, penderitaan adalah garamnya dan manusia adalah sayurnya, tidak akan sedap rasanya bila meracik sayur tanpa garam, maka dari itu penderitaan dan musibah seperti bumbu dalam kehidupan, menjadi pelengkap untuk membuat manusia itu menjadi lebih baik dan lebih dewasa dalam berfikir.

B.  Definisi
a.      Manusia
Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Melalui kesempurnaannya itu manusia bisa berpikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan mana yang benar dan baik. Di sisi lain, manusia meyakini bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia jika manusia mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan di muka bumi.
Dalam kehidupannya, manusia tidak bisa meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia selalu ingin mencari sesuatu yang sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut adalah Tuhan. Hal itu merupakan fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya.
Oleh karena fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk beribadah kepada Tuhan pun diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut diperoleh melalui pendidikan. Dengan pendidikan, manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Dengan pendidikan pula manusia dapat mengerti bagaimana cara beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Melalui sebuah pendidikan yang tepat, manusia akan menjadi makhluk yang dapat mengerti bagaimana seharusnya yang dilakukan sebagai seorang makhluk Tuhan. Manusia dapat mengembangkan pola pikirnya untuk dapat mempelajari tanda-tanda kebesaran Tuhan baik yang tersirat ataupu dengan jelas tersurat dalam lingkungan sehari-hari.
Maka dari keseluruhan perkembangan itu menjadi lengkap dan utuh dalam setiap sisinya, baik dari sisi individu, sosial, susila, maupun religius. Keutuhan dari setiap sisi tersebut dapat menjadikan manusia menjadi makhluk yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk-makhluk Tuhan yang lain.

b.      Penderitaan
Kebahagian dan penderitaan adalah fenomena alam yang saling berhubungan, tanpa adanya penderitaan kita tidak akan tahu makna dari kebahagiaan yang sesungguhnya, begitupun tanpa adanya kebahagiaan tentu hidup kita akan sangat menderita.
Penderitaan adalah menanggung atau menjalani sesuatu yang sangat tidak menyenangkan yang dapat di rasakan oleh manusia. Setiap manusia pasti pernah mengalami penderitaan baik secara fisik maupun batin. Penderitaan juga termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat tidaknya suatu intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang di anggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan suatu penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagian. Memang harus diakui, di antara kita dan dalam masyarakat masih terdapat banyak orang yang sungguh-sungguh berkehendak baik, yaitu manusia yang merasa prihatin atas aneka tindakan kejam yang ditujukan kepada sesama manusia yang tidak saja prihatin, melainkan berperan serta mengurangi penderitaan sesamanya, bahkan juga berusaha untuk mencegah penderitaan atau paling tidak menguranginya, serta manusia yang berusaha keras tanpa pamrih untuk melindungi, memelihara dan mengembangkan lingkungan alam ciptaan secara berkelanjutan. Ada keinginan alamiah manusia untuk menghindari penderitaan. Tetapi justru penderitaan itu merupakan bagian yang terkandung di dalam kemanusiaannya.
Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat.

C.  Hubungan Manusia dengan Penderitaan
Manusia dengan kebahagiaan dan manusia dengan penderitaan seakan menjadi sebuah sejoli yang tidak akan bisa terpisahkan dari hukum alam ini. Kebahagian dan penderitaan layaknya sebuah bumbu dalam kehidupan. Kebanyakan orang lebih memilih untuk bahagia dibanding untuk menderita, tetapi sesungguhnya penderitaan tidaklah selalu buruk. Disetiap penderitaan atau musibah pasti ada hikmah yang bisa kita petik, dan tidak pula kebahagiaan selalu memberikan kenyamanan bagi setiap orang, banyak pula kebahagiaan yang berujung penderitaan.
Contoh kasus misalnya seorang anak yang sedang menghadapi kasus perceraian orang tuanya, banyak dari mereka yang menganggap perceraian orang tuanya merupakan suatu musibah yang besar bagi kehidupannya, anak akan merasa kehilangan masa-masa bahagia bersama keluarga utuhnya. Banyak anak yang menjadi depresi dan “nakal” akibat masalah tersebut, dan kebanyakan dari mereka yang depresi adalah mereka yang belum bisa menerima dan mengambil hikmah dari musibah itu. Jika si anak mengambil sisi positif dari musibah tersebut mungkin si anak tidak akan mengalami depresi yang mendalam. Lagi pula anak yang sudah pernah mengalami musibah ini pasti akan menjadi lebih cepat dewasa dibandingkan dengan anak yang tidak pernah mengalami musibah ini, dalam artian mereka menjadi lebih kuat hatinya jika mereka menerima dan mengambil hikmah dari musibah ini. Misalnya, mereka menjadi lebih berhati-hati dalam memilih pasangan hidupnya nanti, karena mereka telah melihat dan mempelajari pengalaman kedua orangtuanya, mereka bukan menjadi pemilih atau selektif tetapi mereka akan lebih berhati-hati dalam menentukan pasangan hidupnya nanti.
Setiap musibah pasti mempunyai hikmah masing-masing. Manusia harus bisa berfikir positif dalam keadaan apapun, mereka yang lebih sering berfikir positif dan menerima musibah tersebut pasti akan merasa lebih tenang dalam keadaan apapun, karena mereka percaya Tuhan tidak akan memberi musibah atau penderitaan diluar batas kemampuan umat-Nya.

D.  Kesimpulan
Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk umat-Nya dan Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada umat-Nya diluar batas kemampuannya. Sesungguhnya cobaan yang diberikan oleh Tuhan kepada kita adalah sebuah rezeki. Tuhan memberikan cobaan untuk kita agar kita bisa lebih dekat lagi dengan-Nya. Tuhan memberikan kita cobaan agar kita lebih bersyukur dengan keadaan apapun. Banyak manusia yang jika diberi kebahagiaan mereka lupa akan Tuhan mereka, maka dari itu Tuhan memberikan mereka musibah agar mereka mengingat Tuhan.
Segala apapun bentuk dari bencana, musibah, ataupun penderitaan yang dihadapi oleh manusia adalah “rezeki” dari Tuhan. Berpikir positif dan menghadapi masalah di kehidupan ini dengan kuat, pantang menyerah dan tidak putus asa. Dekatilah orang-orang yang bisa memotovasi kita agar kita lebih kuat dalam menghadapi masalah, sehingga tidak menganggap cobaan itu sebagai penderitan yang berat bagi kita.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu saran dan kritik dari pembaca sangat diperlukan guna menjadikan makalah ini lebih baik lagi.

E.  Sumber


Minggu, 22 Desember 2013

Nilai Budaya dan Adat Istiadat Jawa Saat Masa Kehamilan dan Kelahiran Anak (Tugas Ketiga IBD)

Tugas Ilmu Budaya Dasar

ILMU BUDAYA DASAR
Disusun oleh: Nurul Fahsya (NPM: 36413716)
Kelas: 1ID06
Fakultas Teknologi Industri
Jurusan Teknik Industri


UNIVERSITAS GUNADARMA


KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan YME karena berkat rahmatnya saya dapat menelesaikan tugas ketiga saya. Pada tugas ini saya membahas tentang Nilai Budaya Terhadap Upacara Adat Jawa Pada Masa Kehamilan dan Kelahiran Bayi. Indonesia mempunyai berbagai jenis macam suku dan budaya, yang masing-masing memiliki keunikan dan nilai plus tersendiri. Saya memilih adat Jawa karena begitu banyak hal tentang adat istiadat jawa yang menarik perhatian saya untuk mengkaji lebih dalam lagi. Begitu banyak aturan adat Jawa bagi perempuan yang sedang hamil, begitu juga masa kelahiran seorang bayi. Semua menarik perhatian saya, bahkan bukan hanya masa kehamilan dan kelahiran seorang bayi saja, tetapi pernikahan dan kematian pun juga ada aturan adatnya. Namun kali ini saya hanya membahas tentang adat istiadat Jawa pada masa kehamilan dan kelahiran bayi.
Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada sumber yang telah membantu sayadalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan pembaca tentang budaya dan adat istiadat Jawa.

Depok, 20 Desember 2013


Nurul Fahsya
36413716





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Anak adalah anugerah yang paling indah dari Tuhan, semua pasangan suami isteri begitu mendambakan kehadiran seorang anak untuk menjadi pelengkap keluarganya. Masa-masa kehamilan adalah masa yang tidak akan terlupakan bagi seorang ibu, mengandung bayi selama 9 bulan, mengidam dan merasakan mual menjadi hal yang harus dihadapi. Pada saat melahirkan seorang ibu harus berjuang mati-matian demi mengeluarkan malaikat kecil dari perutnya, nyawa yang menjadi taruhannya. Ketika bayi lahir dengan selamat dan ibu pun sehat adalah saat-saat yang paling membahagiakan bagi pasangan suami isteri beserta keluarga besarnya.
Bagi masyarakat Sumatra Utara khususnya suku Batak salah satu upacara adat melahirkan adalah upacara Mangharaon. Upacara ini dilakukan pada saat si ibu telah melahirkan, maka dengan segera si bapak menjatuhkan kayu besar dari atap rumah ke halaman lalu mengapaknya (Manaha Saganon), dimana kayu tersebut nantinya akan dibakar di atas tataring (tungku perapian), suara kampak ini merupakan tanda pengumuman pada seisi kampong bahwa seorang bayi telah lahir.
Setelah upacara itu selesai, tibalah masa krisis yang dinamakan Roburobuan lamanya 7 hari 7 malam. Selama masa krisis ini, seluruh penduduk/warga desa berkumpul di rumah si bayi tiap malam, agar selalu ada orang yang menjaga sehingga roh dan hantu jahat (Boru Sirumata atau Boru Sibalikhunik) jangan sampai mengganggu atau mengambil si bayi.
Setelah semua itu selesai ada upacara Martutuaek, upacara Mengebang, dan upacara Khitanan, yang masing-masing memiliki waktu upacara dan tradisinya masing-masing.
Bukan hanya masyarakat Batak saja yang mempunyai upacara adat kelahiran, tetapi adat Jawa juga mempunyai tradisi dan upacara adat kelahiran sendiri. Salah satu contoh misalnya Barokahan, Sepasaran dan lain-lain.
Itulah Indonesia, begitu banyak ragam tradisi adat istiadat yang turun temurun menjadi nilai tambah kebudayaan Indonesia.

1.2  Tujuan
Tujuan pembuatan makalah kali ini adalah sebagai berikut:
a.       Mengetahui pengertian budaya
b.      Mengetahui pengertian adat istiadat
c.       Mengetahui lebih dalam lagi tradisi adat istiadat kehamilan dan kelahiran anak di Jawa




BAB II
ADAT ISTIADAT JAWA PADA MASA KEHAMILAN DAN KELAHIRAN ANAK

2.1 Pengertian Kebudayaan
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya merupakan suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.2 Pengertian Adat Istiadat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adat didefinisikan sebagai aturan (perbuatan) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala. Adat adalah wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukum, dan aturan-aturan yang satu dengan yang lainnya berkaitan menjadi satu sistem atau kesatuan. Sementara istiadat didefinisikan sebagai adat kebiasaan. Dengan demikian, adat istiadat adalah himpunan kaidah-kaidah sosial yang sejak lama ada dan telah menjadi kebiasaan (tradisi) dalam masyarakat. Sebagai contoh, dalam masyarakat Jawa terdapat adat istiadat untuk melakukan upacara Selapanan ketika seorang bayi telah berumur 40 hari. Upacara ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat Jawa sejak lama.

2.3  Adat Istiadat Jawa Pada Masa Kehamilan dan Kelairan Anak

A.    Macam-Macam Upacara Adat Jawa Saat Prosesi Kehamilan
Kehamilan merupakan masa-masa yang tidak terlupakan bagi seorang ibu, di adat Jawa terdapat beberapa upacara saat prosesi kehamilan yang sudah turun-temurun diwariskan oleh nenek moyang, upacara-upacara tersebut antara lain sebagai berikut:
a.      Upacara Tiga Bulanan
Upacara ini dilaksanakan pada saat usia kehamilan adalah tiga bulan. Di usia ini roh ditiupkan pada jabang bayi, biasanya upacara ini dilakukan berupa tasyakuran.

b.      Upacara Tingkepan natau Mitoni
Upacara tingkepan disebut juga mitoni, berasal dari kata “pitu” yang berarti tujuh, sehingga upacara mitoni dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan, dan pada kehamilan pertama.
Dalam pelaksanaan upacara tingkepan, ibu yang sedang hamil tujuh bulan dimandikan dengan air kembang setaman, disertai dengan doa-doa khusus. Berikut ini adalah tata cara pelaksanan upacara tingkepan antara lain:
1.      Siraman dilakukan oleh sesepuh sebanyak tujuh orang. Bermakna mohon doa restu supaya suci lahir dan batin. Setelah upacara siraman selesai, air kendi tujuh mata air dipergunakan untuk mencuci muka, setelah air dalam kendi habis, kendi dipecah.
2.      Memasukkan telur ayam kampong ke dalam kain (sarung) calon ibu oleh suami melaluo perut sampai pecah, hal ini merupakan harapan supaya bayi lahir dengan lancar tanpa suatu halangan.
3.      Berganti nyamping sebanyak tujuh kali secara begantian, disertai kain putih. Kain putih sebagai dasar pakaian pertama, yang melambangkan bayi yang akan dilahirkan adalah suci, dan mendapat berkah dari Tuhan YME. Diiringi dengan pertanyaan "sudah pantas atau belum” sampai ganti enam kali dijawab oleh ibu-ibu yang hadir “belum pantas” sampai yang terakhir ke tujuh kali dengan kain sederhana dijawab “pantas”. Adapun nyamping yang dipakaikan secara urut dan bergantian berjumlah tujuh dan diakhiri dengan motig yang paling sederhana, urutannya adalah sebagai berikut:
a.       Sidoluhur
b.      Sidomukti
c.       Truntum
d.      Wahyu Tumurun
e.       Udan Riris
f.       Sido Asih
g.      Lasem sebagai kain
h.      Dringin sebagai kemben

B.     Beberapa Pantangan Dalam Prosesi Kehamilan Adat Jawa
Berikut ini adalah pantangan bagi calon ibu dan calon ayah menurut tradisi Jawa, antara lain sebagai berikut:
a.       Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang, sebab jika itu dilakukan bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.
b.      Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di kantung baju si ibu agar janin terhindar dari marabahaya.
c.       Ibu tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan mengganggu janin.
d.      Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang dikandungnya tidak dililit tali pusar.
e.       Ibu hamil tidak boleh benci kepada sesorang secara berlebihan, nanri anaknya jadi mirip seperti orang yang dibenci tersebut.
f.       Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.
g.      “Amit-amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai “dzikir”-nya orang hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikan, mengerikan, mengecewakan dan sebagainya sebagai harapan janin terhindar dari kejadian tersebut.
h.      Ngidam adalah prilaku khas perempuan hamil yang menginginkan sesuatu, makanan atau sifat tertentu terutama diawal kehamilannya. Jika tidak dituruti maka anaknya akan mudah mengeluarkan air liur.
i.        Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam kandungan gugur.
j.        Jangan makan ikan mentar agar bayi tidak bau amis.
k.      Untuk sang ayah dilarang mengganggu, melukai, bahkan membunuh hewan. Contohnya memancing, membunuh hewan, memburu, dan lain-lain.
Serta masih banyak pantangan-pantangan lain yang harus dihindari oleh calon ibu maupun ayah. Namun sebenarnya pantangan-pantangan tersebut dapat dinalar apabila ditelaah menurut ilmu pengetahuan, hanya saja beberapa kemungkinan tidak tertuju langsung dengan keberlangsungan hidup si jabang bayi kelak.

C.    Macam-Macam Upacara Adat Untuk Bayi
Bukan hanya pada saat kehamilan saja upacara adat atau ritual dilaksanakan. Ketika bayi itu pun lahir masih ada ritual dan upacara adat. Upacara ini pun berlangsung hingga si anak menginjak usia satu tahun. Namun, pelaksanaan upacaara ini dilaksanakan hanya di usia tertentu saja, berikut jenis-jenis upacara adat Jawa yang berkaitan dengan kelahiran anak:
a.      Upacara Adat Barokahan
Barokahan memiliki makna adalah pengungkapan rasa syukur dan rasa sukacita atas kelahiran yang berjalan lancar dan selamat. Ditinjau dari maknanya barokahan juga bisa berarti mengharapkan berkah dari Yang Maha Pencipta.
Tujuan dari upacara ini adalah untuk keselamatan dan perlindungan bagi sang bayi. Selain itu harapan bagi sang bayi agar kelak menjadi anak yang memiliki prikaku yang baik.
Rangkaian upacara ini berupa memendam ari-ari atau olasenta bayi. Setelah itu dilanjunkan dengan membagikan sesajen barokahan kepada sanak saudara dan para tetangga.

b.      Upacara Adat Sepasaran atau Pupuk Pusar
Sepasaran merupakan salah satu upacara adat bagi bayi berumur lima hari. Upacara ini umumnya diselengarakan secara sederhana, tetepi jika bersamaan dengan pemberian nama pada si bayi upacara ini bisa dilakukan secara meriah.
Acara ini biasanya dilaksanakan dengan mengadakan hajatan yang mengundang saudara dari tetangga. Suguhan yang disajikan biasanya berupa minuman serta jajanan pasar. Selain itu juga terkadang pula ada yang dibungkus tapi menggunakan besek (tempat makanan terbuat dari anyaman bambu) ataupun lainnya untuk dibawa pulang.

c.       Upacara Adat Selapan
Dalam bahasa Jawa, selapan berarti tiga puluh lima hari. Tradisi ini dilakukan pada peringatan hari kelahiran. Setelah 35 hari dari hari dimana bayi dilahirkan, maka diadakan perayaan dengan nasi tumpeng, jajan pasar dan berbagai macam makanan sebagai symbol dari makna-makna yang tersirat dalam tradisi Jawa.
Namun dalam perkembangannya, saai ini selapan sebagai ungkapan syukur atas kesehatan dan keselamatan bayi, diwujudkan cukup dengan nasi tumpeng beserta lauk seadanya. Kemudian mengundang tetangga untuk kendurenan (selamatan), berdoa besama-sama dan diujung acara, tumpeng dibagi rata untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Selapan sebagai harapan orang tua dan keluarga agar bayi selalu sehat, jauh dari marabahaya, dan apa yang diharapkan bisa terlaksana.

d.      Upacara Adat Mudhun Siti
Upacara ini dilakukan untuk bayi yang telah berusia 7 bulan. Di Yogyakarta, upacara ini disebut dengan tedhan siten. Upacara ini sebagai pelambang bahwa si anak telah siap untuk menjalani hidup lewat tuntunan dari si orang tua. Acara ini dilaksanakan pada saat anak berumur 7selapan atau 245 hari. Prosesi upacaranya adalah tedhak sega pitung warna, mudhun tangga tebu, ceker0ceker, sebar udik-udik, dan siraman.

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Begitu beragam upacara adat Jawa saat kehamilan dan kelahiran anak, yang masing-masing tradisi tersebut mempunyai maknanya tersendiri. Upacara-upacara tersebut sudah turun temurun dilakukan dan sudah menjadi warisan budaya dari nenek moyang terdahulu. Pada adat Jawa juga terdapat pantangan-pantangan tersendiri bagi calon ibu yang sedang hamil dan juga calon ayahnya. Masih banyak lagi tradisi Jawa yang bisa dibahas, contohnya tradisi adat pernikahan, kematian, dan lain-lain. Bukan hanya adat Jawa saja yang mempunyai tradisi dan upacara seperti ini, tetapi adat lainpun juga ada, karena itulah Indonesia, begitu banyak suku adat yang mempunyai kebudayaan dan budayanya sendiri yang masing-masing telah menjadi nilai plus tersendiri untuk Indonesia.

3.2  Saran
Indonesia memiliki beragam tradisi dan budaya yang harus dilestarikan agar tidak punah, kita sebagai penerus bangsa harus bangga terhadap kebudayaan kita sendiri. Diharapkan bagi pembaca agar menggali lebih dalam lagi tradisi apa saja yang terdapat di Indonesia, agar pembaca bisa merasa lebih bangga pada Indonesia, tidak terpacu pada perkembangan zaman. Kebudayaan Indonesia itu khas, tidak ada di Negara manapun. Maka dari itu, bangga dan cintailah Indonesia.
Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, maka dari itu saran dan kritik dari pembaca sangat diperlukan demi membuat artikel ini lebih menarik untuk dibaca.

3.3  Sumber

Senin, 25 November 2013

Cinta dan Kasih Sayang Bapak Kepada Anaknya (Tugas Kedua IBD)

Tugas Ilmu Budaya Dasar

ILMU BUDAYA DASAR
Disusun oleh: Nurul Fahsya (NPM: 36413716)
Kelas: 1ID06
Fakultas Teknologi Industri
Jurusan Teknik Industri

UNIVERSITAS GUNADARMA











Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas berkat rahmat hidayahnya saya dapat menyelesaikan tugas kedua saya mengenai studi kasus tentang perjuangan seorang bapak yang rela menjual ginjalnya demi menebus ijazah anaknya, kasus ini pernah terjadi di Jakarta sebelumnya. Tidak lupa juga saya ucapkan banyak terimakasih kepada sumber yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas ini. Saya berharap ada pelajaran yang dapat dipetik oleh pembaca atas kasus yang saya bahas.

Hormat Saya


Nurul Fahsya
36413716






BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Semua orang tua sayang kepada anak-anaknya, mereka tidak mau anak-anaknya berkarakter buruk. Tetapi ada orang tua yang paling buruk yaitu yang berlebih-lebihan dalam memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya. Sedangkan orang tua yang paling baik adalah yang bisa menempatkan kasih sayang dan mendidik anak pada tempatnya yang tepat. Bagi pendidik sikap dan perilaku orang tua dalam memberikan kasih sayang pada anak-anaknya tersebut idealnya dipahami sehingga sekolah menjadi rumah kedua yang dapat memberikan kasih sayang.
Secara psikologis anak-anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian. Orang tua sebagai pembimbing awal anak-anak harus memperhatikan apakah kasih sayang yang diberikan kepada anak-anak, karena kasih sayang merupakan pilar dan fondasi dalam pendidikan. Ketika kasih sayang terpenuhi dengan baik maka akan terwujud ketenangan jiwa, perasaan aman, percaya diri, dan timbulnya kepercayaan kepada orang tua.
Orang tua akan melakukan apapun agar cita-cita anaknya dapat tercapai. Perjuangan orang tua yang tidak dapat terbalaskan dengan apapun. Cinta dan kasih sayang lah yang menjadi pedoman orang tua mau memperjuangkan apa saja demi anaknya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada makalah ini saya akann membahas tentang “Cinta dan Kasih Sayang Bapak Kepada Anaknya” yang akan saya analisa berdasarkan materi Ilmu Budaya Dasar sub bab Cinta dan Kasih Sayang.
  
1.2  Tujuan Penulisan
Tujuan penuliasan makalah ini adalah:
1.      Memenuhi tugas Ilmu Budaya Dasar yang kedua
2.      Memahami pengertian cinta kasih dan hasih sayang
3.      Mengerti pengertian tentang cinta menurut agama
4.      Memetik hikmah dan pelajaran dari studi kasus yang dibuat





BAB 2
Cinta dan Kasih Sayang Bapak Kepada Anaknya

2.1 Pengertian Cinta Kasih
Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, cinta adalah rasa sangat suka atau sayang, ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehinga kata kasih memperkuat rasa cinta, karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasih.
Cinta memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat dimasyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab. Cinta juga pengikat antara kokoh antara manusia dengan Tuhannya, seingga manusia menyembah Tuhan dengan ijhlas, mengikuti perintah-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.
Banyak para tokoh yang mengungkapkan pendapatnya tentang cinta kasih, diataranya ada Erich Fromm, dia menyebutkan dalam bukunya seni mencinta, bahwa cinta itu terutama memberi bukan menerima, dan memberi merupakan ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan, yang paling penting dalam memberi ialah hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta mempunyai unsur-unsur dasar tertentu yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian, dan pengenalan.
Cinta tingkat tertinggi adalah cinta kepada Tuhan, Rasul dan berjihad di jalan-Nya. Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, suami/istri, dan kerabat. Cinta tingkat terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga, kerabat, harta dan tempat tinggal.
Cinta kepada Tuhan, Rasul, dan berjihad di jalanNya merupakan cinta yang tidak ada duanya. Hal yang merupakan konsekwensi iman dan merupakan keharusan dalam agamanya. Bahkan itu pendorong utama di dalam penunjang agama. Tidak diragukan lagi, manusia yang sangat mencintai Tuhannya, maka ia akan merasakan kedamaian dalam hatinya, kedamaian dalam hidupnya, karena ia telah meyakini bahwa zat Tuhan lah yang Maha Sempurna, Maha Indah, Maha Agung, dan Maha dari segala Maha. Tak ada satupun selain Dia yang memiliki kesempurnaan sifat-sifat tersebut. Maka dengan ketulusan iman yang sejati itulah yang harus diikuti karena Dia lah yang Maha Tinggi, Maha Sempurna dan Maha dari segala Maha.
Hakekat cinta menengah adalah suatu energy yang datang dari perasaan hati dan jiwa. Ia timbul dari perasaan seseorang yang dicintainya, aqidah, keluarga, kekerabatan, atau persahabatan, karenanya hubungan cinta, kasih sayang dan kesetiaan diantara mereka semakin akrab.
Berangkat dari perasaan lembut yang ditanamkan oleh Tuhan dalam hati dan jiwa seseorang inilah, akan terbentuk perasaan kasih sayang dan cinta dari seseorang terhadap orang lain.
Cinta tingkat rendah adalah cinta yang paling keji, hina dan merusak rasa kemanusiaan, karena itu ia adalah cinta rendahan. Bentuknya beraneka ragam, misalnya:
1.      Cinta kepada syetan, atau sesuatu yang disembah selain Tuhan.
2.      Cinta berdasarkan hawa nafsu.
3.    Cinta yang lebih mengutamakan kecintaan pada orang tua, anak, istri/suami, perniagaan dan tempat tinggal.
Cinta mempunyai hikmah yang sangat besar, diantaranya adalah:
1.      Sesungguhnya cinta itu adalah ujian yang berat dan pahit dalam kehidupan manusia, karena setiap cinta akan mengalami berbagai macam rintangan, tetapi manusia yang telah melewati rintangan tersebut maka manusia itu telah menang, manusia itu telah menagkap hikmah dari cinta itu sendiri.
2.      Cinta telah memberikan pengaruh yang besar terhadap pola berfikirnya manusia. Cinta telah membuat manusia menjadi lebih bersemangat dalam menggapai cita-citanya. Cinta seperti power, yang berpengaruh besar terhadap semangat juang seseorang.
Banyak ilmuan yang mendefiniskan apa itu cinta, begitu banyak definisi tentang cinta, tetapi satu yang harus diketahui dan diyakini adalah, cinta tidak bisa didefinisika oleh apapun. Cinta itu beragam, cinta terhadap manusia, cinta kepada orang tua, cinta kepada teman, cinta kepada hewan peliharaan, cinta kepada diri sendiri, dan tentunya cinta kepada Tuhan dan rasulnya. Cinta memiliki tingkatan yang berbeda-beda, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Satu hal yang pasti, cinta itu dirasakan, diresapi, dan diaplikasikan dengan perbuatan. Cinta itu soft, tidak Nampak tetapi dapat kita rasakan keberadaannya.

2.2    Pengertian Kasih Sayang
Pengertian kasih sayang menurut kamus umum bahasa Indonesia karangan W.J.S.Porwadarminta adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang. Dalam kehidupan berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang  ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Percintaan muda-mudi (pria-wanita) bila diakhiri dengan perkawinan, maka didalam rumah tangga keluarga muda itu bukan lagi bercinta-cintaan, tetapi sudah bersifat kasih mengasihi atau saling menumpahkan kasih sayang. Dalam kasih sayang sadar atau tidak sadar dari masing-masing pihak dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya,  saling pengertian, saling terbuka, sehingga keduanya merupakan kesatuan yang  bulat dan utuh.
Bila salah satu unsur kasih sayang hilang, misalnya unsur tanggung jawab, maka retaklah keutuhan rumah tangga itu. Kasih sayang yang tidak disertai kejujuran, terancamlah kebahagian rumah tangga itu. Kasih sayang merupakan sesuatu paling mendasar, yang harus di terima oleh setiap manusia, kasih sayang bisa di sebut juga sabagai suatu hak yang harus kita terima, karena peran kasih sayang secara psikologi sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya seorang individu. Tentu seorang individu yang di didik dengan kasih sayang, bisa menjadi individu yang lebih baik di bandingkan mereka yang kekurangan kasih sayang, karena dewasa ini banyak sekali orang yang berpandangan bahwa uang adalah segala-galanya sehingga banyak orang tua yang lebih mementingkan mencari uang untuk anak, dan menomor dua kan kasih sayang. 
Sehingga tidak sedikit anak yang bertindak negative, melakukan hal negative yang biasa di sebut sebagai kenakalan remaja, umumnya hal itu terjadi di karenakan si anak merasa kurang di perhatikan oleh orang tuanya, dan dia melakukan hal-hal negative agar orang tuanya terganggu dan mulai memperhatikan anak tersebut. Tentu kurangnya kasih sayang harus di hindari oleh setiap orang tua, mulai memberikan kasih sayang yang lebih, dan menomor satukan kasih sayang. Tanpa kasih sayang seorang anak bisa berubah menjadi individu yang brutal, kurang perduli dengan lingkungan sekitar, dan bertindak sesuai dengan kemauan dirinya sendiri. Hal ini, terbtukti dari banyaknya penelitian, bahwa kenakalan remaja, paling banyak di karenakan factor didikan dan kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tua tersebut. 
Kasih sayang mengajarkan banyak hal terhadap manusia, kasih sayang memberikan kepekaan bagi kita semua, untuk berbagi kasih terhadap sesama, kasih sayang yang mampu merubah banyak individu yang umumnya perubahan terjadi kearah yang lebih baik. Baik itu terhadap sahabat, orang yang kita cintai, atau siapa pun yang kita lihat, karena begitu banyak orang di dunia ini yang membutuhkan kasih sayang dari orang lain, tidak semua orang beruntung memiliki orang tua, memiliki orang-orang yang di kasihinya, karena begitu banyak anak yang lahir tanpa kasih sayang orang tua, begitu banyak anak yang kelahirannya bahkan tidak di inginkan oleh orang tuanya, sehingga patutlah kita memberikan kasih sayang lebih terhadap anak-anak yatim piatu, dan kita harus bersyukur karena kita jauh lebih beruntung dari pada mereka, bahkan keutamaan mengasihi anak yatim sangat di tekankan oleh rosulullah SAW, oleh karena itu rasa kasih sayang harus di tanamkan kepada siapa pun, tanpa mengenal siapa dia, dari mana asal usulnya, dan kita utamakan mereka yang jauh lebih membutuhkan, semampu kita untuk mengasihi mereka.

2.3    Cinta Menurut Agama
Ada yang berpendapat bahwa etika cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan dengan agama. Tetapi dalam kenyataan hidup manusia masih mendambakan tegaknya cinta dalam kehidupan ini. Di satu pihak, cinta didengungkan lewat lagu dan organisasi perdamaian dunia, tetapi pihak lain dalam praktek kehidupan cinta sebagai dasar kehidupan jauh dari kenyataan. Atas dasar ini, agama memberikan ajaran cinta kepada manusia.
Dalam kehidupan manusia, cinta menampakkan diri dalam berbagai bentuk. Kadang-kadang seseorang mencintai dirinya sendiri. Kadang-kadang mencintai orang lain, atau juga istri dan anaknya, hartanya, atau Allah dan Rasul-Nya. Berbagai bentuk cinta ini biasa kita dapatkan dalam kitab suci Al-Qur’an.
Cinta diri
Cinta diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Manusia senang untuk tetap hidup, mengembangkan potensi dirinya, dan mengaktualisasikan diri, ia mencintai segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan pada dirinya. Sebaliknya ia membenci segala sesuatu yang menghalanginya untuk hidup hidup, berkembang dan mengaktualisasikan diri. Ia juga membenci segala sesuatu yang mendatangkan rasa sakit, penyakit dan mara bahaya. Al-Qur’an telah mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri, dan menghindari dari segala sesuatu yang membahayakan keselamatan dirinya, melauli ucapan Nabi Muhammad SAW, bahwa seandainya beliau mengetahui hal-hal gaib, tentu beliau akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi dirinya dan menjauhkan dirinya dari segala keburukan.
Diantara gejala yang menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri ialah kecintaannya yang sangat terhadap harta, yang dapat merealisasikan semua keinginannya dan memudahkan baginya segala sarana untuk mencapai kesenangan dan kemewahan hidup (QS, Al-Adiyat, 100:8).
Diantara gejala lain yang menunjukkan kecintaan  manusia pada dirinya sendiri ialah permohonannya uang terus menerus agar dikaruniai harta, kesehatanm dan berbagai kebaikan dan hidup lainnya, dan apabila ia tertimpa bencana, keburukan, atau kemiskinan, ia merasa putus asa dan mengira ia akan bias meperoleh karunia lagi(QS, Fushilat, 41:49)
Namun hendaknya cinta manusia pada dirinya tidaklah terlalu berlebih-lebihan dan melewati batas. Sepatutnya cinta pada diri sendiri ini diimbangi dengan cinta pada orang lain dan cinta berbuat kebajikan kepada mereka.
Cinta kepada sesama manusia
Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya, tidak boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan egoismenya. Hendaknya ia menyeimbangkan cintanya itu dengan cinta dan kasih sayang pada orang-orang lain, bekerja sama dengan dan memberi bantuan kepada orang lain, oleh karena itu, Allah ketika memberi isyarat tentang kecintaan manusia pada dirinya sendiri, seperti yang tampak pada keluh kesahnya apabila ia tertimpa kesusahan dan usahanya yang terus-menerus untuk memperoleh kebaikan serta kebakhilannya dalam memberikan sebagian karunia yang diperolehnya. Setelah itu Allah langsung memberi pujuan kepada orang-orang yang berusaha untuk tidak berlebih-lebihan dalam cintanya kepada diri sendiri dan melepaskan diri dari gejala-gejala itu adalah dengan melalui iman, menegakkan shalat, memberikan zakat, bersedekah kepada orang-orang miskin dan tak punya, dan menjauhi segala larangan Allah. Keimanan yang demikian ini akan bias menyeimbangkan antara cintanya kepada diri sendiri dan cintanya kepada orang lain, dan dengan demikian akan bias merealisasikan kebaikan individu dan masyarakat.
Cinta seksual
Cinta erat kaitannya dengan dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam melestarikan kasih sayang, keserasian, dan kerjasama antara suami dan istri. Ia merupakan factor yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi yang berpikir(QS, Ar-Rum, 30:21)
Dorongan seksual melakukan fungsi penting, yaitu melahirkan keturunan demi kelangsungan jenis. Lewat dorongan seksualah terbentuknya keluarga. Dari keluarga terbentuk masyarakat dan bangsa. Dengan demikian bumi pun menjadi ramai, bangsa-bangsa saling kenal mengenal, kebudayaan berkembang, dan ilmu pengetahuan dan industry menjadi maju. Islam mengakui dorongan seksual dan tidak mengingkarinya. Jelas dengan sendirinya ia mengakui pula cinta seksual yang mennyertai dorongan tersebut. Sebab ia merupakan emosi alamiah dalam diri manusia yang diingkari, tidak ditentang ataupun ditekannya. Yang diserukan Islam hanyalah pengendalian dan penguasaan cinta ini lewat pemenuhan dorongan tersebut dengan cara yang sah, yaitu dengan perkawinan.
Cinta kepada Allah
Puncak cinta manusia, yang paling bening, jernih dan spiritual ialah cintanya kepada Allah dan kerinduaanya kepada-Nya. Tidak hanya dalam shalat, pujian, dan doanya saja, tetapi juga dalam semua tindakan dan tingkah lakunya. Semua tingkah laku dan tindakannya ditunjukkan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan ridha-Nya :
“Katakanlah : Jika kamu(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha pengampun lagi Maha penyanyang” (QS, Ali Imran, 3:31)
Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta itu menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupannya dan menundukan semua bentuk kecintaan lainnya. Cinta ini pun juga akan membuatnya menjadi seorang yang cinta pada sesame manusia, hewan, semua mahluk Allah dan seluruh alam semesta. Sebab dalam pandagannya semua wujud yang ada di sekelilingnya mempunyai  manifestasi dari Tuhannya yang membangkitkan kerinduan-lerinduan spiritualnya dan harapan kalbunya.
Cinta kepada Rasul
Cinta kepada Rasul, yang diutus Allah sebagai rahma bagi seluruh alam semesta, menduduki peringkat ke dua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul merupakan ideal sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya. Seorang mukmin yang benar-benar beriman dengan sepenuh hati akan mencintai Rasullah yang telah menanggung derita dakwah Islam, berjuang dengan penuh segala kesulitan sehingga Islam tersebar di seluruh penjuru dunia, dan membawa kemanusiaan dari kekelaman kesesaran menuju cahaya petunjuk.

2.4    Cinta Kebapakan
Mengingat bahwa antara ayah dan anal-anaknya tidak terjalin oleh ikatan-ikatan fisiologis seperti yang menghubungkan si ibu dengan anak-anaknya, maka para ahli ilmu jiwa modern berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan fisiologis seperti halnya dorongan keibuan, melainkan dorongan psikis. Dorongan ini Nampak jelas dalam cinta bapak kepada anak-anaknya, karena mereka sumber kesenangan dan kegembiraan baginya, sumber kekuatan dan kebanggaan, dan merupakan factor penting bagi kelangsungan peran bapak dan kehidupan dan tetap terkenangnya dia setelah meninggal dunia. Ini terlihat kelas dalam do’a Nabi Zakaria As, yang memohon pada Allah semoga ia dikarunia seorang anak yang akan mewarisinya dan mewarisi keluarga Ya’qub :
“Ia berkata : Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalm berdo’a kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seseorang yang diridhai” (QS, Maryam, 19:4-6)
Cinta kebapakan dalam Al-Qur’an diisyratkan dalam kisah Nabi Nuh As. Betapa cintanya ia kepada anaknya, tampak jelas ketika ia memanggilnya dengan rasa penuh cinta, kasih sayang, dan belas kasihan untuk naik ke perahu agar tidak tenggelam ditelan ombak.

2.5    Studi Kasus
Pengorbanan, perjuangan, semangat, dan apa pun itu rela dilakukan seorang bapak demi mewujudkan cita-cita anaknya, membahagiakan anaknya dan keluarganya. Anak adalah tanggungan orang tua, anak adalah harta yang tidak ternilai harganya, apa pun rela dilakukan demi mengukir kebahagiaan anak dan keluarganya.
Bapak ini bernama Sugiyanto, rela menjual ginjal untuk menebus ijazah SMP dan SMA anak perempuannya yang bernama Sarah Melinda Ayu selama bersekolah di Pondok Perantren Al Asriyah Nuruk Iman, pria yang bekerja sebagai penjahit itu harus membayar Rp 17 juta.
Sugiyanto mengatakan, tadianya ia harus membayar sejumlah uang administrasi selama Ayu menempuh pendidikan di pondok pesantren yang terletak di Desa Waru Jaya, Parung, Bogor. Dia harus membayar Rp 70 juta sebab sekolah itu meminta Sugiyanto membayar Rp 20.000 per hari sejak Ayu masuk pesantren dari tahun 2005. Sampai akirnya setelah Sugiyanto meminta keringanan dari pihak pesantren, ia hanya disuruh membayar Rp 17 juta untuk kedua ijazah tersebut, dengan rincian ijazah SMP senilai Rp 7 juta dan ijazah SMA senilai Rp 10 juta. Walau demikian, ia tetap belum mampu menebus ijazah tersebut.
Sugiyanto tidak mampu membayarkan ijazah anaknya karena ia tidak mempunyai penghasilan tetap. Warga Kebon 200, Kelurahan Kamal, Jakarta Barat, ini sehari-harinya menerima pesan jahit pakaian di dekat rumahnya. Penghasilannya hanya sekitar Rp 60.000 sampai Rp 80.000 per hari, itu pun untuk memenuhi kebutuhan hidup kelima anaknya. 
Perjuangan Sugiyanto demi menembus ijazah anaknya itu sungguh menarik perhatian banyak pihak, factor ekonomi memang sangat berpengaruh dalam kebutuhan hidup seari-hari. Berbagai macam cara rela dilakukan demi mendapatkan uang.
Jika kita melihat artikel terkait, sudah banyak sekali kasus yang serupa, yang rela menjual organ dalam tubuhnya demi suatu hal. Lagi-lagi, masalah ekonomi yang membuat seseorang nekad untuk menjual organ dalam tubuhnya. Selain factor ekonomi, sukarnya mencari pekerjaan juga menjadi factor yang tidak kalah pentingnya untuk dilihat. Luapan dan padatnya penduduk Indonesia serta minimnya lapangan kerja menjadi pr para pemerintah untuk lebih cepat dan tepat menanganinya. Tetapi, jika kita melihat dari segi kasih sayang orang tua terhadap anaknya ya itulah orang tua, yang rela melakukan apa saja demi memperjuangkan anaknya, demi mewujudkan cita-cita anaknya. Itulah kasih sayang dan cinta kasih orang tua terhadap anaknya, tidak akan bisa terbalaskan.




BAB 3
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Pada materi ini kita dapat lebih mengerti apa itu cinta kasih, apa itu kasih sayang, apa itu cinta menurut agama, dan apa itu cinta yang kebapakan. Cinta dan kasih sayang adalah rasa tidak pernah luput dari perasaan manusia, cinta terhadap sesama, cinta kepada Tuhan, cinta kepada anak, cinta kepada orang tua, cinta kepada teman dan sebagainya. Kita tahu batas-batasan cinta, kita harus tahu dimana kita harus menempatkan cinta, kita harus mengerti cinta yang seperti apa yang harus kita berikan. Tunjukan cintamu dengan kelakuanmu, dengan perbuatan dan bukan hanya dengan perkataan.
Pengorbanan dan perjuangan yang dapat kita ambil dari kasus diatas bisa dijadikan motivasi untuk bisa menjadi lebih baik lagi. Dalam menghadapi masalah manusia tentu mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menangani masalah itu sendiri, maka dari itu sebagai manusia haruslah bersikap positif dalam mengambil tindakan, dan yakin bahwa setiap masalah yang diberikan Tuhan untuk kita adalah rezeki yang menaikan derajat kita dimata-Nya.
3.2    Saran
Disarankan kepada pembaca untuk lebih perihatin dan memperhatikan lingkungan sekitar, saling tolong-menolong dan lebih semangat lagi dalam menghadapi masalah. Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu kritik dan saran sangat diperlukan guna memperbaiki makalah ini. Saya juga menyarankan pembaca bisa melakukan studi kasus dan meneliti sub bab ini lebih lanjut lagi, melihat begitu banyak kasus yang dapat dibahas berdasarkan materi bab ini.

Daftar Pustaka:
Universitas Gunadarma, Diklat Kuliah Ilmu Budaya Dasar, Edisi 2007 (Widyo Nugroho, Achmad Muchji)