Tugas Ilmu Budaya Dasar
ILMU BUDAYA DASAR
Disusun
oleh: Nurul Fahsya (NPM: 36413716)
Kelas:
1ID06
Fakultas
Teknologi Industri
Jurusan
Teknik Industri
UNIVERSITAS
GUNADARMA
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas berkat rahmat
hidayahnya saya dapat menyelesaikan tugas kedua saya mengenai studi kasus
tentang perjuangan seorang bapak yang rela menjual ginjalnya demi menebus
ijazah anaknya, kasus ini pernah terjadi di Jakarta sebelumnya. Tidak lupa juga
saya ucapkan banyak terimakasih kepada sumber yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan tugas ini. Saya berharap ada pelajaran yang dapat dipetik oleh
pembaca atas kasus yang saya bahas.
Hormat Saya
Nurul Fahsya
36413716
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Semua orang tua sayang kepada anak-anaknya,
mereka tidak mau anak-anaknya berkarakter buruk. Tetapi ada orang tua yang
paling buruk yaitu yang berlebih-lebihan dalam memberikan kasih sayang kepada
anak-anaknya. Sedangkan orang tua yang paling baik adalah yang bisa menempatkan
kasih sayang dan mendidik anak pada tempatnya yang tepat. Bagi pendidik sikap
dan perilaku orang tua dalam memberikan kasih sayang pada anak-anaknya tersebut
idealnya dipahami sehingga sekolah menjadi rumah kedua yang dapat memberikan
kasih sayang.
Secara psikologis anak-anak
membutuhkan kasih sayang dan perhatian. Orang tua sebagai pembimbing awal
anak-anak harus memperhatikan apakah kasih sayang yang diberikan kepada
anak-anak, karena kasih sayang merupakan pilar dan fondasi dalam pendidikan.
Ketika kasih sayang terpenuhi dengan baik maka akan terwujud ketenangan jiwa,
perasaan aman, percaya diri, dan timbulnya kepercayaan kepada orang tua.
Orang tua akan melakukan
apapun agar cita-cita anaknya dapat tercapai. Perjuangan orang tua yang tidak
dapat terbalaskan dengan apapun. Cinta dan kasih sayang lah yang menjadi
pedoman orang tua mau memperjuangkan apa saja demi anaknya.
Berdasarkan latar belakang
diatas, maka pada makalah ini saya akann membahas tentang “Cinta dan Kasih Sayang
Bapak Kepada Anaknya” yang akan saya analisa berdasarkan materi Ilmu Budaya
Dasar sub bab Cinta dan Kasih Sayang.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penuliasan makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas Ilmu Budaya
Dasar yang kedua
2. Memahami pengertian cinta
kasih dan hasih sayang
3. Mengerti pengertian tentang
cinta menurut agama
4. Memetik hikmah dan pelajaran
dari studi kasus yang dibuat
BAB 2
Cinta
dan Kasih Sayang Bapak Kepada Anaknya
2.1 Pengertian Cinta Kasih
Menurut kamus umum bahasa Indonesia
karya W.J.S. Poerwadarminta, cinta adalah rasa sangat suka atau sayang, ataupun
rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya
perasaan sayang atau cinta. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir
bersamaan, sehinga kata kasih memperkuat rasa cinta, karena itu cinta kasih
dapat diartikan sebagai perasaan suka kepada seseorang yang disertai dengan
menaruh belas kasih.
Cinta memegang peranan yang penting dalam kehidupan
manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan
keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat dimasyarakat dan hubungan
manusiawi yang akrab. Cinta juga pengikat antara kokoh antara manusia dengan
Tuhannya, seingga manusia menyembah Tuhan dengan ijhlas, mengikuti
perintah-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.
Banyak para tokoh yang mengungkapkan pendapatnya tentang
cinta kasih, diataranya ada Erich Fromm, dia menyebutkan dalam bukunya seni
mencinta, bahwa cinta itu terutama memberi bukan menerima, dan memberi
merupakan ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan, yang paling penting dalam
memberi ialah hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta mempunyai
unsur-unsur dasar tertentu yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian, dan
pengenalan.
Cinta tingkat tertinggi adalah cinta kepada Tuhan, Rasul
dan berjihad di jalan-Nya. Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada orang
tua, anak, saudara, suami/istri, dan kerabat. Cinta tingkat terendah adalah
cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga, kerabat, harta dan tempat
tinggal.
Cinta kepada Tuhan, Rasul, dan berjihad di jalanNya
merupakan cinta yang tidak ada duanya. Hal yang merupakan konsekwensi iman dan
merupakan keharusan dalam agamanya. Bahkan itu pendorong utama di dalam
penunjang agama. Tidak diragukan lagi, manusia yang sangat mencintai Tuhannya,
maka ia akan merasakan kedamaian dalam hatinya, kedamaian dalam hidupnya, karena ia telah meyakini bahwa zat Tuhan lah yang Maha Sempurna, Maha Indah,
Maha Agung, dan Maha dari segala Maha. Tak ada satupun selain Dia yang memiliki
kesempurnaan sifat-sifat tersebut. Maka dengan ketulusan iman yang sejati
itulah yang harus diikuti karena Dia lah yang Maha Tinggi, Maha Sempurna dan
Maha dari segala Maha.
Hakekat cinta menengah adalah suatu energy yang datang
dari perasaan hati dan jiwa. Ia timbul dari perasaan seseorang yang
dicintainya, aqidah, keluarga, kekerabatan, atau persahabatan, karenanya
hubungan cinta, kasih sayang dan kesetiaan diantara mereka semakin akrab.
Berangkat dari perasaan lembut yang ditanamkan oleh Tuhan
dalam hati dan jiwa seseorang inilah, akan terbentuk perasaan kasih sayang dan
cinta dari seseorang terhadap orang lain.
Cinta tingkat rendah adalah cinta yang paling keji, hina
dan merusak rasa kemanusiaan, karena itu ia adalah cinta rendahan. Bentuknya
beraneka ragam, misalnya:
1.
Cinta kepada
syetan, atau sesuatu yang disembah selain Tuhan.
2.
Cinta
berdasarkan hawa nafsu.
3. Cinta
yang lebih mengutamakan kecintaan pada orang tua, anak, istri/suami, perniagaan
dan tempat tinggal.
Cinta mempunyai hikmah yang sangat besar,
diantaranya adalah:
1.
Sesungguhnya
cinta itu adalah ujian yang berat dan pahit dalam kehidupan manusia, karena
setiap cinta akan mengalami berbagai macam rintangan, tetapi manusia yang telah
melewati rintangan tersebut maka manusia itu telah menang, manusia itu telah
menagkap hikmah dari cinta itu sendiri.
2.
Cinta
telah memberikan pengaruh yang besar terhadap pola berfikirnya manusia. Cinta
telah membuat manusia menjadi lebih bersemangat dalam menggapai cita-citanya.
Cinta seperti power, yang berpengaruh besar terhadap semangat juang seseorang.
Banyak ilmuan yang mendefiniskan apa itu
cinta, begitu banyak definisi tentang cinta, tetapi satu yang harus diketahui
dan diyakini adalah, cinta tidak bisa didefinisika oleh apapun. Cinta itu
beragam, cinta terhadap manusia, cinta kepada orang tua, cinta kepada teman,
cinta kepada hewan peliharaan, cinta kepada diri sendiri, dan tentunya cinta
kepada Tuhan dan rasulnya. Cinta memiliki tingkatan yang berbeda-beda, seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. Satu hal yang pasti, cinta itu dirasakan,
diresapi, dan diaplikasikan dengan perbuatan. Cinta itu soft, tidak Nampak
tetapi dapat kita rasakan keberadaannya.
2.2 Pengertian
Kasih Sayang
Pengertian kasih sayang
menurut kamus umum bahasa Indonesia karangan W.J.S.Porwadarminta adalah
perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang. Dalam
kehidupan berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih
sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Percintaan muda-mudi
(pria-wanita) bila diakhiri dengan perkawinan, maka didalam rumah tangga
keluarga muda itu bukan lagi bercinta-cintaan, tetapi sudah bersifat kasih
mengasihi atau saling menumpahkan kasih sayang. Dalam kasih sayang sadar atau
tidak sadar dari masing-masing pihak dituntut tanggung jawab, pengorbanan,
kejujuran, saling percaya, saling pengertian, saling terbuka, sehingga
keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh.
Bila salah satu unsur kasih
sayang hilang, misalnya unsur tanggung jawab, maka retaklah keutuhan rumah
tangga itu. Kasih sayang yang tidak disertai kejujuran, terancamlah kebahagian
rumah tangga itu. Kasih sayang merupakan sesuatu paling mendasar, yang harus di
terima oleh setiap manusia, kasih sayang bisa di sebut juga sabagai suatu hak
yang harus kita terima, karena peran kasih sayang secara psikologi sangat
berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya seorang individu. Tentu seorang individu
yang di didik dengan kasih sayang, bisa menjadi individu yang lebih baik di
bandingkan mereka yang kekurangan kasih sayang, karena dewasa ini banyak
sekali orang yang berpandangan bahwa uang adalah segala-galanya sehingga banyak
orang tua yang lebih mementingkan mencari uang untuk anak, dan menomor dua kan
kasih sayang.
Sehingga tidak sedikit anak
yang bertindak negative, melakukan hal negative yang biasa di sebut sebagai
kenakalan remaja, umumnya hal itu terjadi di karenakan si anak merasa kurang di
perhatikan oleh orang tuanya, dan dia melakukan hal-hal negative agar orang
tuanya terganggu dan mulai memperhatikan anak tersebut. Tentu kurangnya kasih
sayang harus di hindari oleh setiap orang tua, mulai memberikan kasih sayang
yang lebih, dan menomor satukan kasih sayang. Tanpa kasih sayang seorang anak
bisa berubah menjadi individu yang brutal, kurang perduli dengan lingkungan
sekitar, dan bertindak sesuai dengan kemauan dirinya sendiri. Hal ini,
terbtukti dari banyaknya penelitian, bahwa kenakalan remaja, paling banyak di
karenakan factor didikan dan kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang
tua tersebut.
Kasih sayang mengajarkan
banyak hal terhadap manusia, kasih sayang memberikan kepekaan bagi kita semua,
untuk berbagi kasih terhadap sesama, kasih sayang yang mampu merubah banyak
individu yang umumnya perubahan terjadi kearah yang lebih baik. Baik itu
terhadap sahabat, orang yang kita cintai, atau siapa pun yang kita lihat,
karena begitu banyak orang di dunia ini yang membutuhkan kasih sayang dari
orang lain, tidak semua orang beruntung memiliki orang tua, memiliki
orang-orang yang di kasihinya, karena begitu banyak anak yang lahir tanpa kasih
sayang orang tua, begitu banyak anak yang kelahirannya bahkan tidak di inginkan
oleh orang tuanya, sehingga patutlah kita memberikan kasih sayang lebih
terhadap anak-anak yatim piatu, dan kita harus bersyukur karena kita jauh lebih
beruntung dari pada mereka, bahkan keutamaan mengasihi anak yatim sangat di
tekankan oleh rosulullah SAW, oleh karena itu rasa kasih
sayang harus di tanamkan kepada siapa pun, tanpa mengenal siapa dia, dari mana
asal usulnya, dan kita utamakan mereka yang jauh lebih membutuhkan, semampu
kita untuk mengasihi mereka.
2.3 Cinta
Menurut Agama
Ada yang berpendapat bahwa
etika cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan dengan agama. Tetapi
dalam kenyataan hidup manusia masih mendambakan tegaknya cinta dalam kehidupan
ini. Di satu pihak, cinta didengungkan lewat lagu dan organisasi perdamaian
dunia, tetapi pihak lain dalam praktek kehidupan cinta sebagai dasar kehidupan
jauh dari kenyataan. Atas dasar ini, agama memberikan ajaran cinta kepada
manusia.
Dalam kehidupan manusia,
cinta menampakkan diri dalam berbagai bentuk. Kadang-kadang seseorang mencintai
dirinya sendiri. Kadang-kadang mencintai orang lain, atau juga istri dan
anaknya, hartanya, atau Allah dan Rasul-Nya. Berbagai bentuk cinta ini biasa
kita dapatkan dalam kitab suci Al-Qur’an.
Cinta
diri
Cinta diri erat kaitannya
dengan dorongan menjaga diri. Manusia senang untuk tetap hidup, mengembangkan
potensi dirinya, dan mengaktualisasikan diri, ia mencintai segala sesuatu
yang mendatangkan kebaikan pada dirinya. Sebaliknya ia membenci segala sesuatu
yang menghalanginya untuk hidup hidup, berkembang dan mengaktualisasikan diri.
Ia juga membenci segala sesuatu yang mendatangkan rasa sakit, penyakit dan mara
bahaya. Al-Qur’an telah mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya
sendiri, dan menghindari dari segala sesuatu yang membahayakan keselamatan
dirinya, melauli ucapan Nabi Muhammad SAW, bahwa seandainya beliau mengetahui
hal-hal gaib, tentu beliau akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi dirinya dan
menjauhkan dirinya dari segala keburukan.
Diantara gejala yang
menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri ialah kecintaannya yang
sangat terhadap harta, yang dapat merealisasikan semua keinginannya dan
memudahkan baginya segala sarana untuk mencapai kesenangan dan kemewahan hidup
(QS, Al-Adiyat, 100:8).
Diantara gejala lain yang
menunjukkan kecintaan manusia pada dirinya sendiri ialah permohonannya
uang terus menerus agar dikaruniai harta, kesehatanm dan berbagai kebaikan dan
hidup lainnya, dan apabila ia tertimpa bencana, keburukan, atau kemiskinan, ia
merasa putus asa dan mengira ia akan bias meperoleh karunia lagi(QS, Fushilat,
41:49)
Namun hendaknya cinta
manusia pada dirinya tidaklah terlalu berlebih-lebihan dan melewati batas.
Sepatutnya cinta pada diri sendiri ini diimbangi dengan cinta pada orang lain
dan cinta berbuat kebajikan kepada mereka.
Cinta
kepada sesama manusia
Agar manusia dapat hidup
dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya, tidak boleh
tidak ia harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan egoismenya. Hendaknya ia menyeimbangkan cintanya itu dengan cinta dan kasih sayang pada
orang-orang lain, bekerja sama dengan dan memberi bantuan kepada orang lain, oleh karena itu, Allah ketika memberi isyarat tentang kecintaan manusia pada dirinya
sendiri, seperti yang tampak pada keluh kesahnya apabila ia tertimpa kesusahan
dan usahanya yang terus-menerus untuk memperoleh kebaikan serta kebakhilannya
dalam memberikan sebagian karunia yang diperolehnya. Setelah itu Allah langsung
memberi pujuan kepada orang-orang yang berusaha untuk tidak berlebih-lebihan
dalam cintanya kepada diri sendiri dan melepaskan diri dari gejala-gejala itu
adalah dengan melalui iman, menegakkan shalat, memberikan zakat, bersedekah
kepada orang-orang miskin dan tak punya, dan menjauhi segala larangan Allah.
Keimanan yang demikian ini akan bias menyeimbangkan antara cintanya kepada diri
sendiri dan cintanya kepada orang lain, dan dengan demikian akan bias
merealisasikan kebaikan individu dan masyarakat.
Cinta
seksual
Cinta erat kaitannya dengan
dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam melestarikan kasih sayang,
keserasian, dan kerjasama antara suami dan istri. Ia merupakan factor yang
primer bagi kelangsungan hidup keluarga :
“Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi yang berpikir(QS, Ar-Rum, 30:21)
Dorongan seksual melakukan
fungsi penting, yaitu melahirkan keturunan demi kelangsungan jenis. Lewat
dorongan seksualah terbentuknya keluarga. Dari keluarga terbentuk masyarakat
dan bangsa. Dengan demikian bumi pun menjadi ramai, bangsa-bangsa saling kenal
mengenal, kebudayaan berkembang, dan ilmu pengetahuan dan industry menjadi
maju. Islam mengakui dorongan seksual dan tidak mengingkarinya. Jelas dengan
sendirinya ia mengakui pula cinta seksual yang mennyertai dorongan tersebut.
Sebab ia merupakan emosi alamiah dalam diri manusia yang diingkari, tidak
ditentang ataupun ditekannya. Yang diserukan Islam hanyalah pengendalian dan
penguasaan cinta ini lewat pemenuhan dorongan tersebut dengan cara yang sah,
yaitu dengan perkawinan.
Cinta
kepada Allah
Puncak cinta manusia, yang
paling bening, jernih dan spiritual ialah cintanya kepada Allah dan
kerinduaanya kepada-Nya. Tidak hanya dalam shalat, pujian, dan doanya saja,
tetapi juga dalam semua tindakan dan tingkah lakunya. Semua tingkah laku dan
tindakannya ditunjukkan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan ridha-Nya :
“Katakanlah
: Jika kamu(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha pengampun lagi Maha penyanyang”
(QS, Ali Imran, 3:31)
Cinta yang ikhlas seorang
manusia kepada Allah akan membuat cinta itu menjadi kekuatan pendorong yang
mengarahkannya dalam kehidupannya dan menundukan semua bentuk kecintaan
lainnya. Cinta ini pun juga akan membuatnya menjadi seorang yang cinta pada
sesame manusia, hewan, semua mahluk Allah dan seluruh alam semesta. Sebab dalam
pandagannya semua wujud yang ada di sekelilingnya mempunyai manifestasi
dari Tuhannya yang membangkitkan kerinduan-lerinduan spiritualnya dan harapan
kalbunya.
Cinta
kepada Rasul
Cinta kepada Rasul, yang
diutus Allah sebagai rahma bagi seluruh alam semesta, menduduki peringkat ke
dua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul merupakan ideal sempurna bagi
manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya.
Seorang mukmin yang benar-benar beriman dengan sepenuh hati akan mencintai
Rasullah yang telah menanggung derita dakwah Islam, berjuang dengan penuh
segala kesulitan sehingga Islam tersebar di seluruh penjuru dunia, dan membawa
kemanusiaan dari kekelaman kesesaran menuju cahaya petunjuk.
2.4 Cinta
Kebapakan
Mengingat bahwa antara ayah
dan anal-anaknya tidak terjalin oleh ikatan-ikatan fisiologis seperti yang
menghubungkan si ibu dengan anak-anaknya, maka para ahli ilmu jiwa modern
berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan fisiologis seperti
halnya dorongan keibuan, melainkan dorongan psikis. Dorongan ini Nampak jelas
dalam cinta bapak kepada anak-anaknya, karena mereka sumber kesenangan dan
kegembiraan baginya, sumber kekuatan dan kebanggaan, dan merupakan factor
penting bagi kelangsungan peran bapak dan kehidupan dan tetap terkenangnya dia
setelah meninggal dunia. Ini terlihat kelas dalam do’a Nabi Zakaria As, yang
memohon pada Allah semoga ia dikarunia seorang anak yang akan mewarisinya dan
mewarisi keluarga Ya’qub :
“Ia
berkata : Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah
dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalm berdo’a kepada Engkau, ya
Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang
istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau
seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi keluarga Ya’qub; dan
jadikanlah ia, ya Tuhanku, seseorang yang diridhai” (QS,
Maryam, 19:4-6)
Cinta kebapakan dalam Al-Qur’an
diisyratkan dalam kisah Nabi Nuh As. Betapa cintanya ia kepada anaknya, tampak
jelas ketika ia memanggilnya dengan rasa penuh cinta, kasih sayang, dan belas
kasihan untuk naik ke perahu agar tidak tenggelam ditelan ombak.
2.5 Studi
Kasus
Pengorbanan, perjuangan, semangat, dan apa pun itu rela
dilakukan seorang bapak demi mewujudkan cita-cita anaknya, membahagiakan
anaknya dan keluarganya. Anak adalah tanggungan orang tua, anak adalah harta
yang tidak ternilai harganya, apa pun rela dilakukan demi mengukir kebahagiaan
anak dan keluarganya.
Bapak ini bernama Sugiyanto, rela menjual ginjal untuk
menebus ijazah SMP dan SMA anak perempuannya yang bernama Sarah Melinda Ayu
selama bersekolah di Pondok Perantren Al Asriyah Nuruk Iman, pria yang bekerja
sebagai penjahit itu harus membayar Rp 17 juta.
Sugiyanto mengatakan, tadianya ia harus membayar sejumlah
uang administrasi selama Ayu menempuh pendidikan di pondok pesantren yang
terletak di Desa Waru Jaya, Parung, Bogor. Dia harus membayar Rp 70 juta sebab
sekolah itu meminta Sugiyanto membayar Rp 20.000 per hari sejak Ayu masuk
pesantren dari tahun 2005. Sampai akirnya setelah Sugiyanto meminta keringanan
dari pihak pesantren, ia hanya disuruh membayar Rp 17 juta untuk kedua ijazah
tersebut, dengan rincian ijazah SMP senilai Rp 7 juta dan ijazah SMA senilai Rp
10 juta. Walau demikian, ia tetap belum mampu menebus ijazah tersebut.
Sugiyanto tidak mampu
membayarkan ijazah anaknya karena ia tidak mempunyai penghasilan tetap. Warga
Kebon 200, Kelurahan Kamal, Jakarta Barat, ini sehari-harinya menerima pesan
jahit pakaian di dekat rumahnya. Penghasilannya hanya sekitar Rp 60.000 sampai
Rp 80.000 per hari, itu pun untuk memenuhi kebutuhan hidup kelima anaknya.
Perjuangan Sugiyanto demi menembus
ijazah anaknya itu sungguh menarik perhatian banyak pihak, factor ekonomi
memang sangat berpengaruh dalam kebutuhan hidup seari-hari. Berbagai macam cara
rela dilakukan demi mendapatkan uang.
Jika kita melihat artikel terkait, sudah banyak sekali
kasus yang serupa, yang rela menjual organ dalam tubuhnya demi suatu hal.
Lagi-lagi, masalah ekonomi yang membuat seseorang nekad untuk menjual organ
dalam tubuhnya. Selain factor ekonomi, sukarnya mencari pekerjaan juga menjadi
factor yang tidak kalah pentingnya untuk dilihat. Luapan dan padatnya penduduk
Indonesia serta minimnya lapangan kerja menjadi pr para pemerintah untuk lebih
cepat dan tepat menanganinya. Tetapi, jika kita melihat dari segi kasih sayang
orang tua terhadap anaknya ya itulah orang tua, yang rela melakukan apa saja
demi memperjuangkan anaknya, demi mewujudkan cita-cita anaknya. Itulah kasih
sayang dan cinta kasih orang tua terhadap anaknya, tidak akan bisa terbalaskan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada materi ini kita dapat lebih mengerti apa itu cinta
kasih, apa itu kasih sayang, apa itu cinta menurut agama, dan apa itu cinta
yang kebapakan. Cinta dan kasih sayang adalah rasa tidak pernah luput dari
perasaan manusia, cinta terhadap sesama, cinta kepada Tuhan, cinta kepada anak,
cinta kepada orang tua, cinta kepada teman dan sebagainya. Kita tahu
batas-batasan cinta, kita harus tahu dimana kita harus menempatkan cinta, kita
harus mengerti cinta yang seperti apa yang harus kita berikan. Tunjukan cintamu
dengan kelakuanmu, dengan perbuatan dan bukan hanya dengan perkataan.
Pengorbanan dan perjuangan yang dapat kita ambil dari
kasus diatas bisa dijadikan motivasi untuk bisa menjadi lebih baik lagi. Dalam
menghadapi masalah manusia tentu mempunyai cara yang berbeda-beda dalam
menangani masalah itu sendiri, maka dari itu sebagai manusia haruslah bersikap
positif dalam mengambil tindakan, dan yakin bahwa setiap masalah yang diberikan
Tuhan untuk kita adalah rezeki yang menaikan derajat kita dimata-Nya.
3.2 Saran
Disarankan kepada pembaca untuk lebih perihatin dan
memperhatikan lingkungan sekitar, saling tolong-menolong dan lebih semangat
lagi dalam menghadapi masalah. Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, maka dari itu kritik dan saran sangat diperlukan guna memperbaiki
makalah ini. Saya juga menyarankan pembaca bisa melakukan studi kasus dan
meneliti sub bab ini lebih lanjut lagi, melihat begitu banyak kasus yang dapat
dibahas berdasarkan materi bab ini.
Daftar Pustaka:
Universitas
Gunadarma, Diklat Kuliah Ilmu Budaya Dasar, Edisi 2007 (Widyo Nugroho, Achmad Muchji)
3 komentar:
ini bukan skripsi, tidak perlu pake rumusan masalah.11
ini bukan skripsi tidak perlu memakai rumusan masalah
tolong judulnya disebutkan, jangan sampai judulnya ghaib. Sehingga pembaca berfikir lama untuk menebak atau melihat.
Posting Komentar